Senin, 05 Januari 2015

FAKTOR EKTERNAL yang mempengaruhi proses belajar



A.    Faktor Ekstern
Faktor ektern yang berpengaruh terhadap belajar dapatlah di kelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu factor keluarga, factor sekolah, dan faktor masyarakat.
1.      Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa : cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan keluarga.
a.       Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengarunhnya terhadap belajar anaknya. Hal ini jelas dan di pertegas dengan pernyataan yang menyatakan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang utama dan pertama. Keluarga adalah keluarga yang sehat besar artinya untuk mendidik dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, Negara, dan dunia.melihat pernyataan di atas dapatlah dipahami betapa pentingnya peranan keluarga di dalam pendidikan anaknya. Cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya.
Orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan atau melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain, dapat menyebabkan anak tidak atau kurang berhasil dalam belajarnya. Mungkin anak sendiri sebetulnya pandai, tetapi karena belajarnya tidak teratur akhirnya kesukaran-kesukaran menumpuk akhirnya mengalami ketinggalan dalam belajarnya dan akhirnya anak malas belajar. Hasil yang di dapatkan adalah nilai atau hasil belajarnya tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam studinya. Hal ini dapat terjadi pada anak dari keluarga yang kedua orang tua yang memang tidak mencintai anaknya.
Mendidik anak dengan cara memanjakannya adalah cara mendidik yang tidak baik, orang tua yang terlalu kasihan pada anaknya tidak sampai hati untuk memaksa anaknya belajar, bahkan membiarkannya saja jika anaknya tidak belajar dengan alas an adalah segan itu tidak benar karena jika hal itiu di biarkan berlarut-larut anak menjadi nakal, berbuat seenaknya saja, pastilah belajarnya jadi kacau. Mendidik anak dengan cara memperlakukannya terlalu keras, sehingga,  memaksa dan mengejar-ngejar anaknya untuk belajar adalah cara mendidik yang salah. Dengan demikian anak tersebut diliputi ketakutan dan akhirnya benci terhadap belajar, bahkan jika akibat dari tekanan-tekanan tersebut. Orang tua yang demikian biasanya menginginkan anaknya mencapai prestasi yang sangat baik atau merasa mengetahui bahwa boleh tetapi tidak tahu apa yang menyebabkan sehingga anak dikejar-kejar untuk mengatakan mengejar kekurangan.
Disinilah bimbingan dan penyuluhan memegang peranan yang penting anak atau siswa yang mengalami kesukaran di atas dapat di tolong dengan memberikan bimbingan belajar yang sebaik-baiknya ktetntuan. Tentu saja keterlibatan orang tua akan sangat  mempengaruhi keberhasilan bimbingan tersebut.
b.      Relasi antara Anggota Keluarga
Relasi antara anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu, relasi antara anak dengan saudaranya atau dengan  anggota keluarga yang lainpun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi itu misalnya apakah hubungan itu penuh dengan kasih sayang dn pengertian atau diliputi dengan kebencian, sikap yang acuh tak acuh dan sebagainya. Begitu juga relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarganya yang alain tidak baik akan dapat memberikan problem yang sejenis.
Sebelumnya relasi antara anggota kelaurga  ini erat hubungannyadengan cara orag tua mendidik. Uraian cara orang tua mendidik di atas menunjukkan relasi yag tidak baik. Relasi semacam itu akan menyebabkan perkembangan anak terhamba, belajarnya terganngu dan bahkan akan menimbulkan masalah-masalah psikologis yang baru.
Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu di usahakan relasi yang baik di dalam keluarga. Hubungan yang baik adalah hubungan yang prnuh pengertian dan kasih sayang, di sertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar anak sendiri.
c.       Suasana Rumah
Suasana rumah di maksudkan sebagai situasi atau kejadian- kejadian yang sering terjadi didalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Suasana rumah merupakan faktor yang sangat penting yang tidak termasuk faktor yang di sengaja. Suasana rumah yang gaduh atau ramai tidak akan member ketenangan paa anak yang akan belajar, suasana rumah seperti itu terjadi pada rumah yang besar dan banyak penghuninya. Suasana rumah yang gaduh dan sering terjadi pertengkaran antara keluarga atau dengan kelurga yang lain menyebabkan anak menjadi bosan di rumah, suka keluar rumah dan akibatnya belajar akan menjadi kacau.
Rumah yang sering di pakai untuk keperluan-keperluan misalnya resepsi,, pertemuan-pertemuan, dan pesta-pesta dan lain-lain dapat mengganggu belajar apalagi ruangan yang bising dengan suara radio, tape recorder, TV pada waktu belajar juga mengganggu belajar juga terutama untuk berkonsentrasi. Semua conoth di atas adalah suasana rumah yang member pengaruh anak tidak bias belajar dengan baik.
d.      Keadaan Ekonomi Keluarga
Kedaan ekonomi kelaurga juga erat hubngannya dengan belajar anak-anak, selain harus terpengaruh kebutuhan pokok misalnya makanan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-lain juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku-buku dan lain-lain. Fasilitas belajar tersebut hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.
Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok anak kurang akiabatnyakesehatan anak terganngu, sehingga belajar anak juga terganggu. Akibatnya anak sering kali dirundung kesedihan dan akhirnya minder dengan teman-temannya. Hal ini pasti akan menggangu belajar anak, bahkan mungkin anak harus bekerja mencari nafkah untuk membantu orang tuanya walaupun sebenarnya anak belum saatnya untuk bekerja. Hal lain juga yang akan mengganggu belajar anak walupun tidak dapat dipungkiri tentang kemungkinan anak yang serba kekurangan dan selalu menderita akibat ekonomi yang lemah. Justru keadaan tersebut mnejadi cabmbuk baginya untuk belajar lebih giat dan kahirnya sukses besar.
Sebaliknya keluarga ynang kaya raya, orang tua sering mempunyai kecendrungan untuk memanjakan anak. Anak hanya bersenang-senang dan berfoya-foya, akibatnya anak kurang atau tidak bias memusatkan perhatiannya kepada belajar.hal tersebut juga dapat menggangu belajar anak.
e.       Pengertian Orang Tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak belajar dan di ganggu dengan tugas-tugas di rumah, kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, maka dari itu orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya membantu sedapat mungkin kesulitan yang di alami anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi gurunya untuk mengetahui perkembangan anaknya di sekolah.
f.       Latar Belakang Kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik pada anak, agar mendorong anak semangat untuk belajar. (Daryanto. 2010 : 37)
2.      Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin siswa disiplin sekolah, pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Berikut akan di bahas faktor tersebut satu persatu.
a.       Metode Mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus di lalui dalam mengajar, mengajar adalah menyajikan bahan pelajaran oleh seseorang kepada orang lain agar orang lain menerima, menguasai dan mengembangkannya. Di dalam lembaga pendidikan, orang lain yang disebut di atas, di sebut sebagai murid atau siswa dan mahasiswa, yang dalam proses belajar mengajar agar dapat menerima, menguasai dan lebih-lebih mengembangkan bahan pelajaran itu. Maka cara-cara mengajar serta cara belajar haruslah setepat-tepatnya dan seefisien serta seefektif mungkin.
Metode mengajar guru yang kurang baik agar mempengaruhi siswa yang tidak baik pula. Metode belajar yang kurang baik itu dapat terjadi, misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menerangkannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya, akibatnya siswa malas untuk belajar.
Guru yang lama biasa mengajar dengan metode ceramah saja, siswa akan menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja. Guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik maka metode mengajar harus di usahakan yang setepat, seefisien mungkin.
b.      Kurikulum
Kurikulum di artikan sebagai penjumlah kegiatan yang di berikan kepada siswa, kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa. Kurikulum yang  kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap hasil belajar.
Kurikulum yang tidak baik itu misalnya, kurikulum yang terlalu padat, di atas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat, dan perhatian siswa. Guru perlu mendalami siswa dengan baik, harus mempunyai perencanaan yang mendetail agardapat melayani siswa belajar secara individual ,  namun kurikulum sekarang belum dapat memberikan pedoman perencanaan yang demikian.
c.       Hubungan Guru dengan Siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa, proses tersebut juga di pengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri, jadi cara belajar siswa juga di pengaruhi oleh hubungan dengan gurunya.
Di dalam hubungan (relasi guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang di ajarkan sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya, ia segan mempelajari mata pelajaran yang di berikannya akibatnya pelajaran tidak maju.
d.      Hubungan Siswa dengan Siswa
Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada kelompok yang saling bersaing secara tidak sehat, jiwa kelas tidak terbina  bahkan hubungan masing-masinh individu tidak nampak.
Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan-tekanan batin, akan di asingkan dari kelompoknya, akibatnya makin parah masalahnya  dan akan mengganggu belajarnya. Lebih-lebih lagi ia menjadi malas untuk masuk sekolah dengan alasan yang tidak-tidak, karena di sekolahnya mengalami perlakukan yang kurang menyenangkan dari teman-temannya. Jika hal ini terjadi, segeralah siswa di beri pelayanan bimbingan dan penyuluhan agar dapat di terima kembali ke dalam kelompoknya.
e.       Disiplin Sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melkasanakan tertib-tertib, kedisiplinan pegawai atau karyawan dalam pekrjaan admonistrasi dan kebersihan atau keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-lain. Begitu juga kedisiplinan Kelapa Sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya, dan kedisiplinan team BP dalam pelayanan kepada siswa. Banyak sekolah yang dalam pelaksanaan disiplin kurang, sehingga mempenagruhi sikap siswa dalam belajar. Dimana dalam proses belajar, siswa perlu disiplin untuk mengembangkan motivasi siswa.
f.       Alat Pelajaran
Alat pelajaran sangat erat kaitannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang di pakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai juga oleh siswa untuk menerima bahan pelajaran yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.
Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap adalah perlu agar guru dapat mengajar dengan baik sehingga siswa dapat menerima pelajran dengan baik, serta dapat belajar dengan baik pula.
g.      Waktu Sekolah
Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi hari, siang, sore atau malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Akibat meledaknya jumlah anak yang masuk sekolah dan penambahan gedung sekolahbelum seimbang dengan jumlah siswa, banyak siswa yang terpaksa masuk sekolah di sore hari. Hal sebenarnya kuarang dapat dipertanggung jawabkan, dimana ssiwa harus beristirahat tetapi terpaksa masuk sekolah sehingga mereka mendenagrkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya. Sebalikny bagi siswa yang belajar di pagi hari, pikiran masuh segar, jasmani dan kondisi yang baik.
h.      Standar Pelajaran di atas Ukuran
Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, sering memberi pelajaran di atas ukuran standar, akibatnya siswa kurang mampu dan taku pada guru. Guru harus memberikan penyajjian materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. Yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai.
i.        Keadaan Gedung
Keadaan gedung juga sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar, hal ini di karenakan bahwa apabila gedung yang di gunakan besar dan dapat menampung seluruh siswa yang banyak, sehingga siswa-siswa dapat belajar dengan enak tanpa adanya ketidaknyamanan karena gedung yang di gunakan sempit dan sesak.
j.        Metode Belajar
Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Cara belajar yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa, juga dalam pembagian waktu untuk belajar. Dengan belajar yang tepat maka dan secara teratur setiap hari maka sehingga akan meningkatkan hasil belajar. (Daryanto. 2010 : 49)
3.      Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. pengaruh itu terjadi karena keberadaanya siswa dalam masyarakat. Barikut ini faktor masyarakat yang mempengaruhi belajarnya.
a.       Kegiatan Siswa Dalam Masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Akan tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain. Akan tetapi jika terlalu berlebihan maka belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.
b.      Mass Media
Yang termasuk dalam mass media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku, komik dan lain-lain. Semua itu ada dan beredar dalam masyarakat.
Mass media yang baik akan memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadapbelajarnya. Sebaliknya mass media yang buruk akan memberi pengaruh buruk terhadap siswa.
c.       Bentuk Kehidupan Mayarakat
Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga sangat berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan lain-lain maka akan berpengaruh jelek terhadap siswa atau anak yangberada disitu. Siswa akan tertarik untuk melakukan hal-hal yang di lakukan oleh orang di sekitarnya. Akibatnya belajar akan menjadi terganggu dan bahkan siswa akan kehilangan semangat belajar karena perhatiannya semual terpusat kepada pelajaran berpindah ke perbuatan-perbuatan yang selalu di lakukan oarang-orang di sekitarnya. (Daryanto. 2010 : 50)

FAKTOR INTERNAL yang mempengaruhi proses belajar



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Faktor Intern
Pada faktor intern ini akan di bahas mengenai kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ). Dimana bukan hanya ada tiga faktor saja yang mempengaruhi belajar dalam faktor intern melainkan terdapat juga tiga faktor yang lain yakni adalah faktor jasmaniah, faktor psikologi dan faktor kelelahan.
1.      Kecerdasaan Intelektual (IQ)
Kecerdasaan Intelektual (IQ) merupakan kecerdasan dasar yang berhubungan dengan proses kognitif, pembelajaran (kecerdasan intelektual) cenderung menggunakan kemampuan matematis-logis dan bahasa, pada umumnya hanya mengembangkan kemampuan kognitif (menulis, membaca, menghafal, menghitung, dan menjawab). Kecerdasan ini di kenal dengan kecerdasan rasional karena menggunakan potensi rasio dalam memecahkan masalah, penilaian kecerdasan dapat di lakukan melalui tes atau ujian daya ingat, daya nalar, penguasaan kosa kata, ketepatan meghitung, mudah menganalisis data. Dengan ujian tersebut dapat dilihat tingkat kecerdasan intelektual seseorang.
Kecerdasan intelektual atau intelligence Quotient (IQ) muncul sejak dalam kehidupan keluarga dan masyarakat, sejak anak di dalam kandungan sampai tubuh menjadi dewasa. Kecerdasan intelektual (intelegensi) merupakan aspek psikologi yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas seseorang dalam perolehan pembelajaran. 
Kecerdasan intelektual (IQ) pada umumnya dapat di artikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksikan ransangan aatau diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Semenjak zaman pencerahan yang mengagungkan kemajuan ilmu pengetahuan sebagai lambang kemajuan peradaban, intelegensi naik daun dan di anggap sebagai prediktor utama kesuksesan, bahkan mungkin satu-satunya. Sehingga salah kaprah terhadap konsep IQ dan terjadi pemberhalaan (IQ). Sering terjadi pertukaran konsep di kalangan awam antara intelegensi dan IQ.
Intelegensi adalah sebuah konsep yang dioperasionalkan dengan suatu alat ukur, dan keluaran dari alat ukur inilah yang di berupa IQ. Angka yang keluar adalah angka berdasarkan satuan tertentu. Semacam gram untuk berat dan meter untuk jarak. Konsep inilah yang harus diluruskan agar tidak menimbulkan beragam penafsiran, jadi IQ adalah satuan ukur.
Sesuai dengan berjalannya zaman, manusia mulai menyadari bahwa faktor emosi tidak kalah pentingnya dalam mendukung sebuah kesuksesan, bahkan di pandang lebih penting dari pada intelegensi. Demikian pula penerapannya dalam kehidupan organisasi, intelegensi tidak lagi dianggap satu-satunya faktor yang menentukan kinerja seseorang. Dalam konsep kompetensi faktor-faktor seperti motivasi, kepemimpinan mendapat perhatian yang signifikan. (Iskandar. 2012 : 58)
2.      Kecerdasan Emosi (EQ)
Istilah kecerdasan emosional pertama kali di lontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan Jhon Meyer dari University of New Hampshire. (Aunurrahman. 2012 : 85)
Daniel Goleman melalui bukunya yang terkenal (Emotional Intellegence) atau kecerdasan emosional. Goleman mencoba memberi tekanan pada aspek kecerdasan intra-personal atau antar pribadi. Inti dari kecerdasan ini adalah mencakup kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, temperamen, motivasi, hasrat antar-pribadi ini lebih menekankan terhadap aspek kognisi atau pemahaman. Sementara faktor emosi atau perasaan kurang di perhatikan. Padahal menurut Goleman, faktor emosi ini sangat penting dan memberikan suatu warna yang kaya dalam kecerdasan antar-pribadi ini. (Iskandar. 2012 : 59)
Tokoh-tokoh seperti Sternberg, Baron dan Salovey sebagimana di ungkapkan oleh Goleman di sebutkan ada lima kecerdasan pribadi dalam bentuk kecerdasan emosional, yaitu :
a.       Kemampuan mengenali emosi diri
Kemampuan mengenali emosi diri merupakan kemampuan seseorang dalam mengenali perasaannya sendiri sewaktu perasaan atau emsosi itu muncul. Ini sering di katakan sebagai dasar dari kecerdasan emosional. Seseorang yang mampu mengenali emosinya sendiri ialah bila ia mampu mengenali kepekaaan yang tajam atas perasaan mereka yang sesungguhnya dan kemudian mengambil keputusan-keputusan secara mantap.  Misalnya sikap yang di ambil dalam  menentukan berbagai piliha, seperti memiliki sekolah, sahabat, pekerjaan sampai kepada pemilihan pasangan hidup.
b.      Kemampuan mengelola emosi
Kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan perasaanya sendiri sehingga sehingga tidak meledak dan akhirnya dapat mm=empengaruhi perasaanya secara salah. Misalnya seseorang yang sedang marah, maka kemarahan itu tetap dapat di kendalikan secara baik tanpa harus menimbulkan akibat yang akahirnya disesali di kemudian hari.
c.       Kemampuan memotivasi diri
Kemampuan memotivasi diri merupakan kemampuan untuk memnerikan semangat kepada diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang baik daan bermanfaat.dalam hal ini terkandung adanya unsur harapan dan optimisme yang tinggi sehingga seseorang memiliki kekuatan semangat untuk melakukan aktifitas tertentu. Misalnya dalam bekerja, belajar, menolong irang lain dan sebagainya.
d.      Kemampuan mengenali emosi oarang lain (Empati )
Kemampuan mengenali emosi orang lain (empati) merupakan kemampuan untuk mengerti parasaan dan kebutuhan orang lain, sehingga orang lain akan merasa senang dan dimengerti perasaannya. Anak-anak yang memiliki kemampuan ini, yaitu sering pula disebut sebagai kemampuan berempati, mampu menangkap pesan non verbal dan orang lain : nada bicara, gerak-gerik maupun ekspresi wajah dari orang lain tersebut. Dengan demikian anak-anak ini akan cenderung disukai orang.
e.       Kemampaun membina hubungan sosial
Kemampaun membina hubungan sosial adalah kemampuan mengelola emosi orang lain, sehingga tercipta keterampilan sosial yang tinggi dan membuat pergaulan seseorang jadi luas. Anak-anak dengan kemampuan ini cenderung memppunyai  banyak teman, pandai bergaul dan cenderung menjadi lebih populer. (Iskandar. 2012 : 60)
Maka disini dapat kita simpulkan betapa pentingnya kecerdasan emosional dikembangkan pada diri siswa (peserta didik). Karena begitu banyak kita jumpai siswa, dimana mereka begitu cerdas di sekolah, begitu cemerlang prestasi akademisnya, namun apabila mereka tidak dapat mengelola emosinya seperti mudah marah, mudah putus asa, angkuh dan sombong, maka prestasi tersebut tidak akan banyak bermanfaat bagi dirinya. Ternyata kecerdasan emosional perlu lebih di hargai dan di kembangkan pada siswa (peserta didik) sedini mungkin dari tingkat pendidikan usia dini sampai ke perguruan tinggi.  Karena hal inilah  yang mendasari keterampilan seseorang di tengah masyarakt kelak, sehingga akan membuat potensinya dapat berkemabang dengan lebih optimal.
Kecerdasan emosi berkaitan dengan pemahaman diri dan orang lain, beradaptasi dan menghadapi lingkungan sekitar, dan penyesuaian secara cepat agar lebih berhasil dalam menghadapi tuntutan lingkungan.
Bagaimana cara kita meningkatkan kecerdasan emosi?
a.       Membaca situasi dengan memperhatikan situasi sekitar anda, anda akan memperhatikan situasi sekitar.
b.      Mendengarkan dan menyimak lawan bicara anda yang selalu merasa benar punya kecendrungan untuk tidak mendengar kata orang lain. Luangkan waktu untuk melakukannya, maka anda akan tahu apa yang sebenarnya terjadi.
c.       Siap berkomunikasi jurus ini memang paling ampuh. Lakukan komunikasi biarpun pada situasi sulit.
d.      Tak usah takut ditolak adakalanya orang ragu-ragu bertindak karena takut di tolak orang lain. Sebelum berinisiatif, sebenarnya anda Cuma punya dua pilihan : di terima atau ditolak. Jadi, siapkan saja diri anda yang penting usaha.
e.       Mencoba berempati EQ tinggi biasany didapati pada orang-orang yang mampu berempati atau mengehentikan situasi yang di hadapi orang lain. Caranya, apalagi kalau bukan mendengarkan dengan baik?
f.       Pandai memilih prioritas ini perlu supaya anda bisa memilih perkerjaan yang mendesak, dan apa yang bisa ditunda.
g.      Siap mental sikap mental tempe itu sudah ketinggalan zaman. Situasi apapun yang akan di hadapi, anda mesti menyiapkan mental sebelumnya. Ingat, tidak ada kesukaran yang tidak dapat ditangani. Paling tidak, anda sudah berusaha.
h.      Ungkapkan lewat kata-kata bagaimana orang bisa membaca pikiran anda kalau anda diam seribu bahasa? Ungkapkan pikiran anada lewat kata-kata yang jelas.
i.        Bersikap rasional betul, kecerdasan emosi berhubungan denga perasaan tetapi, tetap memerlukan pola pikiran yang rasional, apalagi dalam pekerjaan.
j.        Fokus konsentrasi diri anda pada suatu masalah yang perlu mendapat perhatian. Janagn memaksa diri melakukan dalam 4-5 masalah secara bersamaan. 2 atau 3 mungkin maasih  bisa di tangani, tapi lebih dari itu, anda bisa kehabisan energi.
( Iskandar. 2012 : 64)
3.      Kecerdasan Spritual atau Spritual Quotient (SQ)
Kecerdasan spritual (SQ) merupakan kemampuan individu terhadap mengelola nilai-nilai, norma-norma dan kualitas kehidupan dengan memanfaatkan kekuatan pikiran bawah sadar atau lebih dikenal dengan suara hati (God Spot).
Sebagaimana firman Allah SWT, yang artinya : “Tidakkah mereka melakukan perjalanan dimuka bumi, sehingga mereka mempunyai hati dengan itu merasa, dan mempunyai telinga dan dengan itu mereka mendengar? Sungguhnya bukan matanya yang buta, tetapi yang buta adalah hatinya, yang ada dalam (rongga) dadanya.” (QS. Al-Hajj : 46).
Kecerdasan spiritual disini bermakna bahwa seseorang individu yang ridho dan memiliki rasa tanggung jawab kepada sang pencipta serta kemampuan menghayati nilai-nilai agama. Keridhoan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menerima dengan hati yang rela peraturan-peraturan yang telah digariskan oleh agama. Tanggung jawab pada sang pencipta dapat membantu seseorang individu untuk terus belajar dan bekerja tanpa rasa jemu. Allah membimbing dengan siapa yang mengikuti keridhoan-Nya melalui jalan-jalan keselamatan, dan membawa mereka dengan izin-Nya keluar dari kegelapan menuju cahaya. Berdasarkan firman Allah yang berbunyi : “ Sesungguhnya aku ciptakan jin dan manusia adalah untuk beribadah kepada KU” (QS. Al-Maidah : 16).
Kecerdasan spiritual yang memadukan antara kecerdasan intelektual dan emosional menjadi syarat penting agar manusia lebih memaknai hidup dan menjalani hidup pebuh berkah. Terutama, pada masa sekarang, di mana manusia modern terkadang melupakan mata hati dalam melihat segala sesuatu.
Manusia modern adalah manusia yang mempunyai kualitas intelektual yang memada, karena telah menempuh pendidikan yang memadai pula. Salah satu ciri yang kental dalam diri manusia modern adalah suka membaca. Hal ini sejalan dengan syariat Islam, dimana syariat pertamanya membaca. Namun terkadang kualitas intelektual tersebut terkadang tidak di barengi dengan kualitas iman atau emosional yang baik, sehingga berkah yang di harapkan setiap manusia dalam hidupnya tidak dapat di peroleh.
Untuk itu setiap manusia perlu mendapatkan suatu pelatihan dan pemahaman tentang kecerdasan emosi (EQ), dengan tujuan untuk menciptakan manusia yang memiliki karakter tangguh, jujur, bijaksana, pengertian, dan beriman. Setiap manusia perlu mengetahui dan memaknai bahwa kecerdasan spiritual justru mampu meningkatkan kemampuan EQ disamping IQ sehingga terjadi momentum peningkatan harkat kehidupan yang berjalan sepanjang hidup.
Berbagai penelitian mengenai tubuh manusia bahkan membuat kita lebih terpesona lagi akan kebesaran Tuhan Allah SWT dalam menciptakan manusia. Sebagaimana ciptaan yang sempurna ini bekerja, berfikir, dam bergerak , menganalisa dan mengambil keputusan, memunculkan berbagai gagasan yang indah dan juga hebat, hingga manusia ini bisa berhasil dan terkenal, berkemampuan logika maupun spiritual, mempunyai emosi (IQ, EQ, SQ) yang bila digunakan ke arah positif akan memberi suatu hikmah pencapaian yang luar biasa. (Iskandar. 2012 : 68)
Selain dari faktor di atas, terdapat juga faktor intern yang lain dan akan di bahas menjadi tiga faktor yakni adalah faktor jasmaniah, faktor psikologi dan factor kelelahan.
a.       Faktor Jasmaniah
1)      Faktor Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit, kesehatan adalah keadaan atau hal sehat, kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu akan cepat lelah, kurang semangat mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan atau kelainan-kelainan fungsi alat indranya serta tubuhnya.
Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olah raga, ibadah.
2)      Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kuarang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan.
Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpuh dan lain-lain. Keadaan cacat tubuh juga akan mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya akan terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya.
b.      Faktor Psikologi
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah : intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan , dan kesiapan.
1)      Intelegensi
Untuk memberikan pengertian tentang intelegensi, JP Chaplin merumuskan sebagai berikut :
a)      The ability to meet adapt to novel situations quickly and effectively.
b)      The ability to utilize abstract concepts effectively.
c)      The ability to grasp realitionship and to learn quickly.
Jadi intelegensi itu adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk mengahadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. (Daryanto. 2010 : 37)
Intelegensi besar pengaruhnya terhadapa kemajuan belajar dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah, walaupun begitu siswa yang mempunyai intelegensi tinggi belum pasti berhasildalam belajarnya. Hal ini di sebabkan karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan intelegensi adalah  salah satu factor di atas factor yang lainnya. Jika factor yang lain bersifat menghambat atau berpengaruh negative terhadap belajar akhirnya siswa gagal dalam belajarnya, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang normal dapat berhasil dengan baik dalam belajar, jika ia belajar dengan baik artinya belajar dengan menerapkan metode belajar yang efisien dan dan factor-faktor yang mempengaruhi belajar (faktor jasmaniah, psikologi, keluarga, sekolah, masyarakat) memberi pengaruh yang positif. Jika siswa memiliki intelegensi yang rendah, ia perlu mendapat pendidikan dilembaga pendidikan khusus.
2)      Perhatian
Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipetinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda atau hal) atau sekumpulan obyek. Unutk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajari jika bahan pelajaran tidak mnejadi perhatian siswa maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi sua belajar. Agar siswa dapat belajar denan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya. (Daryanto. 2010 : 37)
3)      Minat
Hilgard memberi rumusan tentang minat adalah sebagai berikut :
“Interes is persisting tendency to pay attention to and enjoy same activity or content.” (Daryanto. 2010 : 38)
Minat adalah kecendrungan  yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi, berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ di peroleh keputusan.
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar karena bila bahan pelajaran yang diperoleh tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya, ia segan-segan untuk belajar dan tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa akan lebih mudah dipalajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.
4)      Bakat
Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah “the capacity to learn” dengan perkataan lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang yang bakat mengetik, misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancer dibandingkan dengan orang lain yang kurang atau tidak berbakat di bidang itu.
Dari uraian di tas jelaslah bahwa bakat itu mempengaruhi mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang di pelajari siswa sesuai dengan bakatnya maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu. Penting untuk mengetahui bakat siswa dan menempatkan siswa belajar disekolah yang sesuai dengan bakatnya.
5)      Motif
Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan di capai. Didalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak akan tetapi unutk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya.
Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berfikir dan memusatkan perhatian merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan atau menunjang belajar. Motif-motif di atas dapat juga ditanamkan kepada diri siswa dengan cara memberikan latihan-latihan, kebiasaan-kebiasaan yang kadang-kadang juga di pengaruhi oleh keadaan  lingkungan. Dari uraian di atas jelaslah bahwa  motif yang kuat sangatlah perlu di dalam belajar. Didalam membentuk motif yang kuat itu dapat dilakasanakan dengan adanya latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan dan pengaruh lingkungan yang memperkuat. Jadi, latihan atau kebiasaan itu sangat perlu dalam belajar.
6)      Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Misalnya, anak dengan kakinya sudah siap untuk berjalan, tangan dan jari-jariny sudah siap untuk menulis, dengan otaknya sudah siap untuk berfikir abstrak dan lain-lain. Kematangna bukan berarti anak-anak sudah dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus. Untuk itu di perlukan latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksankan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.
7)      Kesiapan
Kesiapan atau readinesss menurut Jamies Drever adalah “Preparedness to respond or react.” Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response atau bereaski. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perku diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan maka hasil belajarnya akan lebih baik. (Daryanto. 2010 : 40)
c.       Faktor Kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit unutk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecendrungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena , terjadinya kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak atau kurang lancer pada bagain-bagaian tertentu.
Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit unutk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya unutk bekerkja. Kelelahan rohani dapat terjadi terus menerus memikirkan masalah yang di anggap berat tanpa istirahat, menghadapi hal-hal yang selalu sama atau konstan tanpa ada variasi, dan mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya.
Dari uraian di atas dapatlah di mengerti bahwa kelelahan itu mempengaruhi belajar. Agars siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya sehingga perlu d usahan kondisi yang bebas dari kelelahan.
Kelelahan baik sifatnya jasmani maupun rohani dapat di redakan dengan cara-cara sebagai berikut :
1)      Tidur
2)      Istirahat
3)      Mengusahan variasi dalam belajar, juga dalam bekerja.
4)      Menggunakan obat-obat yang bersifat melancarkan peredaran darah , misalnya obat gosok dan lain-lain.
5)      Rekreasi dan ibadah yang teratur
6)      Olahraga secara teratur
7)      Mengimbangi makan dengan makanan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan, misalnya yang memenuhi empat sehat lima sempurna.
8)      Jika kelelahan sangat serius cepat-cepat menghubungi seorang ahli, misalnya dokter, psikiater, koselor, dan lain-lain. (Daryanto. 2010 : 40)