Feti Andira, 12-221-051, IKIP Mataram
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam
kenyataannya kita tidak hanya bekerja dengan sesuatu yang statis, tetapi
seingkali kita juga bekerja dengan sesuatu yang bersifat dinamis. Arti bergerak
adalah sesuatu ( sebuah materi ) mengalami perpindahan dari suatu titik ke
titik berikutnya, dari suatu koordinat ke koordinat yang lainnya. Perpindahan
materi ini dapat terjadi dalam sebuah bidang ( R2 ) atau dalam ruang
( Rn ).
Pembahasan lebih
lanjut menunjukkan bahwa materi yang bergerak memiliki kekhasan, terutama dalam
pembahasan kalkulusnya ( diferensial dan integral ). Artinya, terdapat
perbedaan pengkajian antara materi yang bergerak dan materi yang tidak
bergerak. Kekhasan ini timbul karena materi bergerak ( dinamis ) pastilah akan
juga memuat arah. Sedangkan materi yang tidak bergerak tidak memuat arah.
Sehingga kajian diferensial maupun integral dari suatu materi yang bergerak ini mutlak mempertimbangkan
juga masalah arah gerakannya.
Materi fungsi
vector, differensial vector dan integral vector ini saling berkaitan satu sama
lain. Selain itu, ketika membahas tentang vector akan selalu berhubungan dengan
ketiga materi tersebut. Oleh karena itu, untuk memahami lebih dalam materi –
materi tentang vector, maka seharusnya kita mempelajari terlebih dahulu materi fungsi vector, diferensial vector, dan
integral vector.
B. Perumusan
masalah
Adapun beberapa
masalah yang dapat dirumuskan, yaitu sebagai berikut :
1. Apakah
pengertian dari fungsi vector, dan pembahasan lebih rinci tentang fungsi vector
?
2. Apakah
pengertian dari diferensial vector, dan pembahasan materinya ?
3. Apakah
pengertian dari integral vector, dan pembahasan materinya ?
C. Tujuan
1. Untuk
membahas tentang pengertian dari fungsi vector, dan pembahasan lebih rinci
tentang fungsi vector.
2. Untuk
membahas tentang pengertian dari diferensial vector, dan pembahasan materinya.
3. Untuk
membahas tentang pengertian dari integral vector, dan pembahasan materinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Fungsi Vektor
Secara
umum fungsi adalah aturan yang memadankan setiap elemen didaerah asal (domain)
pada tepat satu elemen didaerah hasil (kodomain). Fungsi bernilai vector atau
fungsi vector adalah fungsi yang daerah asalnya berupa himpunan bilangan real
dan daerah hasilnya merupakan himpunan vector. Secara notasi matematika dapat
dituliskan sebagai berikut:
f:
R→
Definisi :suatu
fungsi vector dalam dua demensi adalah himpunan F yang merupakan pasangan
terurut (t,X) sedemikian sehingga setiap bilangan real t akan memenuhi salah
satu dari pernyataan berikut:
a.
Akan terdapat tepat satu vector xdalam
dua demensi dimana dimana pasangan terurut (t,X) anggota F. maka dalam kondisi
ini F(t) terdefinisi dan F(t) = X
b.
Tidak terdapat vector X sehingga (t,X)
anggota F. dalam kondisi ini F(t) tidak terdefenisi
Suatu fungsi
vector F(t) diruang 2 dapat diuraikan sebagai jumlahan komponen – komponennya,
yaitu:
F(t) = f1(t)i
+ f2(t)j
Persamaan vector
X = F(t) dapat juga dinyatakan dalam pasangan persamaan parametric, yaitu:
x=f1(t)
, y=f2(t)
Dalam hal ini, t
adalah bilangan real. Titik X(x,y) merupakan kurva parametrik dalam bidang XOY.
Selanjutnya fungsi bernilai vector F(t) disebut vector posisi dari kurva
tersebut.
Jika f(t),g(t)
dan h(t) adalah komponen dari vector r(t), maka f,g,h adalah fungsi bernilai
real yang isebut fungsi komponen dari r.berdasarkan konsep yang telah diuraikan
diatas maka kita dapat menuliskan,
r (t) =
(f(t),g(t), h(t)) = f(t)i + g(t)j +h(t)k
Definisi
:
suatu garis yang dinyatakan dalam persamaan X = P+tC adalah kurva parametric
dengan vector posisi F(t) = P + tC. Dalam hal ini komponen – komponen F(t)
adalah:
f1(t)
= P1 + tC1 , f2(t)
= P2 + tC2
contoh:
tentukan
persamaan vector dari suatu partikel yang bergerak searah jarum jam membentuk
lintasan berbentuk linkaran. Dalam hal ini posisi partikel pada titik A(1,0)
pada saat t=0, yang ditunjukkan pada gambar berikut :
Seandainya lintasan partikel ini berupa lingkaran
berjari – jari r maka setiap koordinatnya dapat dinyatakan sebagai persamaan –
persaman dalam t, yaitu:
x = r cos t , y = r sin t
Sehingga persamaan vector dapat dinyatakan sebagai :
x= r cos ti + r sin tj
Sehingga dapat disimpulkan bahwa x = r cos ti + r cost
j adalah persamaan vector dari gerakan partikel yang diharapkan
Limit
Fungsi Vektor Dan Kurva Ruang
Definisi
:
jika r(t) = (f(t) , g(t) , h(t)), maka :
Dari definisi diatas
dapat dijelaskan bahwa jika vector r(t)diuraikan dalm fungsi – fingsi
komponennnya yaitu:
r (t) = f(t)I +g(t)j +
h(t)k
maka
Sebagai contoh,
misalkan diberikan vector r(t) sebagai berikut
r(t) = (1+t3)I
+ te-1j +
maka carilah
menurut definisi 3.3 ini, limit dari r adalah
vector yang komponennya berupa limit – limit dari fungsi komponen r.
Dari konsep kalkulus dinyatakan bahwa,
fungsi vector r kontinu di a jika
Dalam hal t berubah maka
adalah sebuah vector yang searah dengan Δr. Jika Δt → 0 maka
maka limitnya akan merupakan sebuah vector
yang searah dengan garis singgung pada kurva di (x,y,z) dan diberikan oleh
Bila t merupakn variable waktu, maka
menyatakan
kecepatan V yang mana titik terminal dari r menggambarkan kurvanya.
B. Differensial Vektor
1.
Diferensial
Biasa Dari Vektor
Diferensial fungsi vector didefinisikan sebagai diferensial
setiap komponennnya. Pada bagian ini fungsi vector didefinisikan pada ruang_3.
Untuk fungsi vector diruan_2 adalah analog.
Definisi: dalam ruang_3, jika diberikan
fungsi bernilai vector sembarang R(t) = x(t)I + y(t)j + z(t)k, maka turunan r’
didefinisikan sebagai :
Jika
limit ini ada,
Definisi diatas menyatakan bahwa jika pada ruang_3
didefinisikan fungsi bernilai vector r(t). vector r(t) dapat diuraikan dalam
komponen – komponennya, yaitu
r
(t) = x(t)I + y(t)j + z(t)k
maka
turunan vector r(t) dapat dinyatakan sebagai
r’(t)
= x’(t)i + y’(t)j + z’(t)k
=
Dalam hal ini r’(t) ada jika dan hanya
jika x’(t), y’(t), dan z’(t) ada.
Sebagai contoh jika diberikan vector x= t3i+
, maka turunan dari vector x terhadap
variable t dinyatakan sebagaai berikut:
Selanjutnya
tidak tedefinisi untuk t = -1
2.
Garis Singgung Kurva Dan Vektor Singgung
Kurva
Misalkan
disefinisikan fungsi vector r(t) yang analitik pada kurva C. fungsi kurva r(t)
ini kontinu dan mempunyai turunan terhadap t. misalkan diambil sebarang dua
titik pada kurva C ini, yaitu titik A dan B.
Jika titik – titik P
dan Q mempunyai vector posisi r(t) dan r(t + dt), maka vector PQ menyatakan
vector
r (t + Δt) – r(t)
yang dengan demikian
dapat dipandang sebagai suatu vector tali busur (secant vector). Jika Dt >
0, maka kelipatan scalar
mempunyai arah yang sama seperti r(t + Δt) – r(t). pada saat Δt →0 tampak bahwa
vector ini mendekati suatu vector yang terletak pada garis singgungnya. Oleh
karena itu, vector r’(t) deisebut vector singggung (tangent vector) terhadap
kurva yang didefinisikan oleh r di titik P, asalkan r’(t) ada dan r’(t) ≠ 0.
Garis singgung terhadap C di P didefinisikan sebagai garis melalui P yang
sejajar terhadap vector singgung r’(t).
berikut ini diberikan
teorema yang menunjukkan arti geometri dari turunan vector.
Teorema:
diberikan kurva X = F(t) dalam bidang. Jika F’(t) ≠ 0 maka F’(t0)
adalah vector arah dari garis tangent / garis singgung kurva di t0.
Bukti:
untuk menunjukkan F’(t0) adalah vector arah dari garis tangent /
garis singgung kurva di t0.
Definisi
:jika
X = F(t) adalah suatu kurva diruang, dan F’(t0)≠0, maka garis
singgung dari kurva tersebut ditik t0 adalah suatu garis yang
posisinya dinyatakan oleh vector F(t0) dan arahnya dinyatakan oleh
vector F’(t0). Selanjutnya vector – vector F’(t0) ini
disebut vector singgung / tangent vector dari kurva X dititik t0.
Jika diberika suatu
kurva berbentuk spiral yang dinyatakan dalam bentuk fungsi vector berikut:
F(t) = costi
+sintj+1/4tk
Maka andaikan akan
ditentukan persamaan garis singgung vector dititk t0=p/3.dalam hal
ini harus ditentukan fungsi vector f’(t0),di t0=p/3,
yaitu
F’( p/3)= - sin ti + costj
+1/4 tk
=
k
Turunan fungsi vector
f’(t0)ini menyatakan panjang dari suatu kurva
Sehingga persamaan
garis singgung kurva X di titik t0 =p/3 adalah
X=f(P/3) + f’(p/3)
=
Kita telah melihat
bahwa arah dari suatu turunan vector menyatakan suatu garis singung kurva.
Selanjutnya akan diberikan konsep panjang dari garis singgung kurva. Misalkan
semua turunan parsial dx/dt, dy/dt, dan dz/dt dari suatu vector adalah continu
pada suatu interval t = [a, b]. Kita ingat kembali konsep kalkulus, bahwa dalam
ruang -2 panjang dari suatu kurva dinyatakan sebagai integral :
Sehingga
panjang pada kurva pada ruang -3 adalah analog, yaitu:
Teorema: Misalkan x =f(t) adalah suatu kurva diruang sedemikian
sehingga semua turunan parsialnya dx/dt, dy/dt, dz/dt adalah kontinu pada suatu
interval t = [a,b]. maka turunan vector nya dx/dt mempunyai panjang ds/dt,
dimana s adalah panjang kurva dari ake b yaitu:
|dx/dt|=ds/dt
Bukti: akan ditunjukkan
bahwa turunan vektornya dx/dt mempunyai panjang ds/dt.
Dan
Sehingga
|
|
Dari konsep di atas menghasilkan suatu definisi, yaitu :
Definisi : jika suatu partikel bergerak dalam ruang dan vector posisi dari
partikel adalah s= f(t), maka turunan suatu vector posisi s disebut kecepatan
vector yaitu v = ds/dt
Definisi : turunan kedua dari vector posisi S disebut percepatan. Dinotasikan
sebagai a
Misalkan vector posisi dari suatu partikel yang bergerak sepanjang
lintasan berbentuk lingkaran dinyatakan sebagai
S=cos ti + sin tj
Maka dapat
dinyatakan hal – hal sebagai berikut
Kecepatan : v=-sin ti +cos tj
Percepatan : a= -cos ti +( -sin tj )
3. Vektor
Singgung Satuan dan Vektor-Vektor Normal Kurva
Setelah kita
mempelajari konsep garis singgung kurva dan vektor singgungnya, maka kita
sampai pada konsep kedua. Konsep yang kedua adalah (a) konsep vektor singgung
satuan pada kurva dan (b) Vektor-vektor normal kurva.
Pertama kita
akan meninjau vektor singgung satuan (unit tangent vektor). Dalam hal ini
vektor singgung satuan didefinisikan dalam bentuk persamaan, yakni :
Disuatu titik pada suatu kurva yang mulus r(t), terdapat banyak
vektor yang orthogonal terhadap vektor singgung satuan T(t). kita mengkhususkan
salah satu dengan mengamati bahwa karena
untuk semua t, maka kita mempunyai
Sehingga
ortogonal terhadap T(t). Catat bahwa
sendiri bukanlah vektor satuan. Tetapi jika
juga mulus, kita dapat mendefinisikan vektor
normal satuan sebagai :
Sedangkan vektor yang tegak lurus terhadap T maupun
N dinamakan vektor binormal (B) juga merupakan vektor satuan. Maka dalam hal
ini vektor binormal B didefinisikan sebagai :
Hal
ini dapat divisualisasikan secara geometric seperti Gambar berikut ini:
Contoh :
Carilah
vektor normal satuan dan vektor binormal satuan untuk heliks melingkar
r(t)
= cos t I + sin t j + t k
Penyelesaian:
kita
daftarkan unsur-unsur yang diperlukan untuk vektor normal satuan
(t)
=
sin t i + cos t j + k dan |
(t) | =
T (t) =
=
(-sin ti + cost j + k)
(t)
=
(-cosi – sintj) dan |
(t)=
(t) =
Ini memperlihatkan bahwa vektor normal di
sebuah titik pada heliks adalah horizontal dan menunujukkan kea rah sumbu-z.
vektor binormalnya adalah
Teorema berikut memberikan sebuah metode
yang tepat untuk menghitung turunan dari suatu fungsi vector r;
didiferensialkan saja masing-masing komponen dari r. Teorema 3c:
dengan
dan
adalah fungsi-fungsi yang terdiferensialkan,
maka :
Bukti
:
Teorema berikut
memperlihatkan bahwa rumus differensial untuk fungsi bernilai real mempunyai
rumus rekanannya untuk fungsi bernilai vector.
Teorema
: Andaikan u(t), v(t) dan w(t) fungsi bernilai vector yang terdiferensialkan, c
adalah suatu scalar dan f(t) fungsi bernilai real, maka berlaku
a)
b)
c)
d)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam
kenyataannya kita tidak hanya bekerja dengan sesuatu yang statis, tetapi
seingkali kita juga bekerja dengan sesuatu yang bersifat dinamis. Arti bergerak
adalah sesuatu ( sebuah materi ) mengalami perpindahan dari suatu titik ke
titik berikutnya, dari suatu koordinat ke koordinat yang lainnya. Perpindahan
materi ini dapat terjadi dalam sebuah bidang ( R2 ) atau dalam ruang
( Rn ).
Pembahasan lebih
lanjut menunjukkan bahwa materi yang bergerak memiliki kekhasan, terutama dalam
pembahasan kalkulusnya ( diferensial dan integral ). Artinya, terdapat
perbedaan pengkajian antara materi yang bergerak dan materi yang tidak
bergerak. Kekhasan ini timbul karena materi bergerak ( dinamis ) pastilah akan
juga memuat arah. Sedangkan materi yang tidak bergerak tidak memuat arah.
Sehingga kajian diferensial maupun integral dari suatu materi yang bergerak ini mutlak mempertimbangkan
juga masalah arah gerakannya.
Materi fungsi
vector, differensial vector dan integral vector ini saling berkaitan satu sama
lain. Selain itu, ketika membahas tentang vector akan selalu berhubungan dengan
ketiga materi tersebut. Oleh karena itu, untuk memahami lebih dalam materi –
materi tentang vector, maka seharusnya kita mempelajari terlebih dahulu materi fungsi vector, diferensial vector, dan
integral vector.
B. Perumusan
masalah
Adapun beberapa
masalah yang dapat dirumuskan, yaitu sebagai berikut :
1. Apakah
pengertian dari fungsi vector, dan pembahasan lebih rinci tentang fungsi vector
?
2. Apakah
pengertian dari diferensial vector, dan pembahasan materinya ?
3. Apakah
pengertian dari integral vector, dan pembahasan materinya ?
C. Tujuan
1. Untuk
membahas tentang pengertian dari fungsi vector, dan pembahasan lebih rinci
tentang fungsi vector.
2. Untuk
membahas tentang pengertian dari diferensial vector, dan pembahasan materinya.
3. Untuk
membahas tentang pengertian dari integral vector, dan pembahasan materinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Fungsi Vektor
Secara
umum fungsi adalah aturan yang memadankan setiap elemen didaerah asal (domain)
pada tepat satu elemen didaerah hasil (kodomain). Fungsi bernilai vector atau
fungsi vector adalah fungsi yang daerah asalnya berupa himpunan bilangan real
dan daerah hasilnya merupakan himpunan vector. Secara notasi matematika dapat
dituliskan sebagai berikut:
f:
R→
Definisi :suatu
fungsi vector dalam dua demensi adalah himpunan F yang merupakan pasangan
terurut (t,X) sedemikian sehingga setiap bilangan real t akan memenuhi salah
satu dari pernyataan berikut:
a.
Akan terdapat tepat satu vector xdalam
dua demensi dimana dimana pasangan terurut (t,X) anggota F. maka dalam kondisi
ini F(t) terdefinisi dan F(t) = X
b.
Tidak terdapat vector X sehingga (t,X)
anggota F. dalam kondisi ini F(t) tidak terdefenisi
Suatu fungsi
vector F(t) diruang 2 dapat diuraikan sebagai jumlahan komponen – komponennya,
yaitu:
F(t) = f1(t)i
+ f2(t)j
Persamaan vector
X = F(t) dapat juga dinyatakan dalam pasangan persamaan parametric, yaitu:
x=f1(t)
, y=f2(t)
Dalam hal ini, t
adalah bilangan real. Titik X(x,y) merupakan kurva parametrik dalam bidang XOY.
Selanjutnya fungsi bernilai vector F(t) disebut vector posisi dari kurva
tersebut.
Jika f(t),g(t)
dan h(t) adalah komponen dari vector r(t), maka f,g,h adalah fungsi bernilai
real yang isebut fungsi komponen dari r.berdasarkan konsep yang telah diuraikan
diatas maka kita dapat menuliskan,
r (t) =
(f(t),g(t), h(t)) = f(t)i + g(t)j +h(t)k
Definisi
:
suatu garis yang dinyatakan dalam persamaan X = P+tC adalah kurva parametric
dengan vector posisi F(t) = P + tC. Dalam hal ini komponen – komponen F(t)
adalah:
f1(t)
= P1 + tC1 , f2(t)
= P2 + tC2
contoh:
tentukan
persamaan vector dari suatu partikel yang bergerak searah jarum jam membentuk
lintasan berbentuk linkaran. Dalam hal ini posisi partikel pada titik A(1,0)
pada saat t=0, yang ditunjukkan pada gambar berikut :
Seandainya lintasan partikel ini berupa lingkaran
berjari – jari r maka setiap koordinatnya dapat dinyatakan sebagai persamaan –
persaman dalam t, yaitu:
x = r cos t , y = r sin t
Sehingga persamaan vector dapat dinyatakan sebagai :
x= r cos ti + r sin tj
Sehingga dapat disimpulkan bahwa x = r cos ti + r cost
j adalah persamaan vector dari gerakan partikel yang diharapkan
Limit
Fungsi Vektor Dan Kurva Ruang
Definisi
:
jika r(t) = (f(t) , g(t) , h(t)), maka :
Dari definisi diatas
dapat dijelaskan bahwa jika vector r(t)diuraikan dalm fungsi – fingsi
komponennnya yaitu:
r (t) = f(t)I +g(t)j +
h(t)k
maka
Sebagai contoh,
misalkan diberikan vector r(t) sebagai berikut
r(t) = (1+t3)I
+ te-1j +
maka carilah
menurut definisi 3.3 ini, limit dari r adalah
vector yang komponennya berupa limit – limit dari fungsi komponen r.
Dari konsep kalkulus dinyatakan bahwa,
fungsi vector r kontinu di a jika
Dalam hal t berubah maka
adalah sebuah vector yang searah dengan Δr. Jika Δt → 0 maka
maka limitnya akan merupakan sebuah vector
yang searah dengan garis singgung pada kurva di (x,y,z) dan diberikan oleh
Bila t merupakn variable waktu, maka
menyatakan
kecepatan V yang mana titik terminal dari r menggambarkan kurvanya.
B. Differensial Vektor
1.
Diferensial
Biasa Dari Vektor
Diferensial fungsi vector didefinisikan sebagai diferensial
setiap komponennnya. Pada bagian ini fungsi vector didefinisikan pada ruang_3.
Untuk fungsi vector diruan_2 adalah analog.
Definisi: dalam ruang_3, jika diberikan
fungsi bernilai vector sembarang R(t) = x(t)I + y(t)j + z(t)k, maka turunan r’
didefinisikan sebagai :
Jika
limit ini ada,
Definisi diatas menyatakan bahwa jika pada ruang_3
didefinisikan fungsi bernilai vector r(t). vector r(t) dapat diuraikan dalam
komponen – komponennya, yaitu
r
(t) = x(t)I + y(t)j + z(t)k
maka
turunan vector r(t) dapat dinyatakan sebagai
r’(t)
= x’(t)i + y’(t)j + z’(t)k
=
Dalam hal ini r’(t) ada jika dan hanya
jika x’(t), y’(t), dan z’(t) ada.
Sebagai contoh jika diberikan vector x= t3i+
, maka turunan dari vector x terhadap
variable t dinyatakan sebagaai berikut:
Selanjutnya
tidak tedefinisi untuk t = -1
2.
Garis Singgung Kurva Dan Vektor Singgung
Kurva
Misalkan
disefinisikan fungsi vector r(t) yang analitik pada kurva C. fungsi kurva r(t)
ini kontinu dan mempunyai turunan terhadap t. misalkan diambil sebarang dua
titik pada kurva C ini, yaitu titik A dan B.
Jika titik – titik P
dan Q mempunyai vector posisi r(t) dan r(t + dt), maka vector PQ menyatakan
vector
r (t + Δt) – r(t)
yang dengan demikian
dapat dipandang sebagai suatu vector tali busur (secant vector). Jika Dt >
0, maka kelipatan scalar
mempunyai arah yang sama seperti r(t + Δt) – r(t). pada saat Δt →0 tampak bahwa
vector ini mendekati suatu vector yang terletak pada garis singgungnya. Oleh
karena itu, vector r’(t) deisebut vector singggung (tangent vector) terhadap
kurva yang didefinisikan oleh r di titik P, asalkan r’(t) ada dan r’(t) ≠ 0.
Garis singgung terhadap C di P didefinisikan sebagai garis melalui P yang
sejajar terhadap vector singgung r’(t).
berikut ini diberikan
teorema yang menunjukkan arti geometri dari turunan vector.
Teorema:
diberikan kurva X = F(t) dalam bidang. Jika F’(t) ≠ 0 maka F’(t0)
adalah vector arah dari garis tangent / garis singgung kurva di t0.
Bukti:
untuk menunjukkan F’(t0) adalah vector arah dari garis tangent /
garis singgung kurva di t0.
Definisi
:jika
X = F(t) adalah suatu kurva diruang, dan F’(t0)≠0, maka garis
singgung dari kurva tersebut ditik t0 adalah suatu garis yang
posisinya dinyatakan oleh vector F(t0) dan arahnya dinyatakan oleh
vector F’(t0). Selanjutnya vector – vector F’(t0) ini
disebut vector singgung / tangent vector dari kurva X dititik t0.
Jika diberika suatu
kurva berbentuk spiral yang dinyatakan dalam bentuk fungsi vector berikut:
F(t) = costi
+sintj+1/4tk
Maka andaikan akan
ditentukan persamaan garis singgung vector dititk t0=p/3.dalam hal
ini harus ditentukan fungsi vector f’(t0),di t0=p/3,
yaitu
F’( p/3)= - sin ti + costj
+1/4 tk
=
k
Turunan fungsi vector
f’(t0)ini menyatakan panjang dari suatu kurva
Sehingga persamaan
garis singgung kurva X di titik t0 =p/3 adalah
X=f(P/3) + f’(p/3)
=
Kita telah melihat
bahwa arah dari suatu turunan vector menyatakan suatu garis singung kurva.
Selanjutnya akan diberikan konsep panjang dari garis singgung kurva. Misalkan
semua turunan parsial dx/dt, dy/dt, dan dz/dt dari suatu vector adalah continu
pada suatu interval t = [a, b]. Kita ingat kembali konsep kalkulus, bahwa dalam
ruang -2 panjang dari suatu kurva dinyatakan sebagai integral :
Sehingga
panjang pada kurva pada ruang -3 adalah analog, yaitu:
Teorema: Misalkan x =f(t) adalah suatu kurva diruang sedemikian
sehingga semua turunan parsialnya dx/dt, dy/dt, dz/dt adalah kontinu pada suatu
interval t = [a,b]. maka turunan vector nya dx/dt mempunyai panjang ds/dt,
dimana s adalah panjang kurva dari ake b yaitu:
|dx/dt|=ds/dt
Bukti: akan ditunjukkan
bahwa turunan vektornya dx/dt mempunyai panjang ds/dt.
Dan
Sehingga
|
|
Dari konsep di atas menghasilkan suatu definisi, yaitu :
Definisi : jika suatu partikel bergerak dalam ruang dan vector posisi dari
partikel adalah s= f(t), maka turunan suatu vector posisi s disebut kecepatan
vector yaitu v = ds/dt
Definisi : turunan kedua dari vector posisi S disebut percepatan. Dinotasikan
sebagai a
Misalkan vector posisi dari suatu partikel yang bergerak sepanjang
lintasan berbentuk lingkaran dinyatakan sebagai
S=cos ti + sin tj
Maka dapat
dinyatakan hal – hal sebagai berikut
Kecepatan : v=-sin ti +cos tj
Percepatan : a= -cos ti +( -sin tj )
3. Vektor
Singgung Satuan dan Vektor-Vektor Normal Kurva
Setelah kita
mempelajari konsep garis singgung kurva dan vektor singgungnya, maka kita
sampai pada konsep kedua. Konsep yang kedua adalah (a) konsep vektor singgung
satuan pada kurva dan (b) Vektor-vektor normal kurva.
Pertama kita
akan meninjau vektor singgung satuan (unit tangent vektor). Dalam hal ini
vektor singgung satuan didefinisikan dalam bentuk persamaan, yakni :
Disuatu titik pada suatu kurva yang mulus r(t), terdapat banyak
vektor yang orthogonal terhadap vektor singgung satuan T(t). kita mengkhususkan
salah satu dengan mengamati bahwa karena
untuk semua t, maka kita mempunyai
Sehingga
ortogonal terhadap T(t). Catat bahwa
sendiri bukanlah vektor satuan. Tetapi jika
juga mulus, kita dapat mendefinisikan vektor
normal satuan sebagai :
Sedangkan vektor yang tegak lurus terhadap T maupun
N dinamakan vektor binormal (B) juga merupakan vektor satuan. Maka dalam hal
ini vektor binormal B didefinisikan sebagai :
Hal
ini dapat divisualisasikan secara geometric seperti Gambar berikut ini:
Contoh :
Carilah
vektor normal satuan dan vektor binormal satuan untuk heliks melingkar
r(t)
= cos t I + sin t j + t k
Penyelesaian:
kita
daftarkan unsur-unsur yang diperlukan untuk vektor normal satuan
(t)
=
sin t i + cos t j + k dan |
(t) | =
T (t) =
=
(-sin ti + cost j + k)
(t)
=
(-cosi – sintj) dan |
(t)=
(t) =
Ini memperlihatkan bahwa vektor normal di
sebuah titik pada heliks adalah horizontal dan menunujukkan kea rah sumbu-z.
vektor binormalnya adalah
Teorema berikut memberikan sebuah metode
yang tepat untuk menghitung turunan dari suatu fungsi vector r;
didiferensialkan saja masing-masing komponen dari r. Teorema 3c:
dengan
dan
adalah fungsi-fungsi yang terdiferensialkan,
maka :
Bukti
:
Teorema berikut
memperlihatkan bahwa rumus differensial untuk fungsi bernilai real mempunyai
rumus rekanannya untuk fungsi bernilai vector.
Teorema
: Andaikan u(t), v(t) dan w(t) fungsi bernilai vector yang terdiferensialkan, c
adalah suatu scalar dan f(t) fungsi bernilai real, maka berlaku
a)
b)
c)
d)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar