MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
DISUSUN
OLEH :
NAMA : FETI ANDIRA
NIM : 12 221 051
KELAS / SEMESTER : B / IV
JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
INSTITUT
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) MATARAM
2014
DAFTAR
PUSTAKA
Suherman, Erman, dkk. 2013. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : Universitas
Pendidikan Indonesia.
Sutarto, dan Syarifuddin. 2013. Desain Pembelajaran Matematika. Yogyakarta : Samudra Biru.
Wardhani,
Sri. 2010. Implikasi Karakteristik Matematika Dalam Penacapaian Tujuan Mata
Pelajaran Matematika di SMP/MTS. Yogyakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Rata
– rata dari masyarakat Indonesia sering mendengar kata Kurikulum, bisa jadi akan timbul pertanyaan di pikiran
kita ketika mendengar kata Kurikulum.
Kurikulum
merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai pedoman
dalam melaksanakan pendidiakan. Menurut Othanel Smith cs, mengartikan
bahwa kurikulum sebagai sejumlah pengalaman yang secara potensial dapat
diberikan kepada anak, yang diperlukan agar mereka dapat berpikir dan
berkelakuan sesuai dengan masyarakatnya.
Nilai
sosial, kebutuhan, dan tuntutan masyarakat
cenderung selalu mengalami perubahan antara lain akibat dari kemajuan ilmu
pengatahuan dan teknologi. Kurikulum harus dapat mengatasi perubahan tersebut,
sebab pendidikan adalah cara – cara yang di anggap paling strategis untuk mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Kurikulum
dapat merencanakan hasil pendidikan atau pengajaran yang diharapkan
karena dapat menunjukan apa yang harus dilakukan dan kegiatan apa yang harus
dialami oleh peserta didik. Hasil pendidikan kadang-kadang tidak dapat
diketahui dengan segera atau setelah anak didik menyelesaikan program
pendidikan. Pembaharuan kurikulum harus segera dilakukan sebab tidak ada
kurikulum yang sesuai sepanjang masa. Kurikulum harus dapat menyesuaikan
dengan perkembangan zaman yang senantiasa cenderung berubah.
Keberlangsungan
proses pembelajaran di sekolah – sekolah sangat dipengaruhi oleh kurikulum.
Jika kurikulum mengalami perubahan, maka proses pembelajaran di sekolah juga
mengalami perubahan sejalan dengan kurikulum yang diberlakukan oleh pemerintah
di negara tersebut.
Tidak
jarang seorang pendidik yang belum menyesuaikan proses pebelajaran yang
dilakukan dengan proses pembelajaran sesuai dengan yang sudah diatur oleh
kurikulum yang diberlakukan saat itu, Sehingga dengan masalah itu, terdapat
pokok pembahasan materi yang seharusnya harus disampaikan kepada peserta didik
menjadi tidak tersampaikan.
Oleh
karena itu, untuk mengetahui komponen – komponen apa saja dalam pembelajaran di
sekolah yang sangat dipengaruhi oleh kurikulum, maka perlu dilakukan analisis
kurikulum. Karena, dengan melakukan analisis kurikulum terutama kurikulum yang
sedang berlaku saat ini, akan dapat memudahkan pendidik ( guru ) untuk
menyesuaikan cara- cara pembelajarannya, sehingga tidak mengalami
ketertinggalan.
B. Perumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah yang dapat dirumuskan dari materi analisis kurikulum ini, yaitu
sebagai berikut :
1. Apa
pengertian, perangkat, dan kegunaan kurikulum ?
2. Bagaimana
ruang lingkup materi matematika di SLTP dan SMU ?
3. Apa
prinsip - prinsip pembelajaran matematika di SLTP dan SMU ?
4. Bagaimana
program pengajaran matematika SLTP dan SMU kurikulum 1994 ?
5. Bagaimana
tata cara penilaian ( evaluasi ) pendidik kepada peserta didik ?
C. Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah tentang Analisis Kurikulum ini, yaitu sebagai
berikut :
1. Untuk
menjelaskan pengertian, perangkat, dan kegunaan kurikulum.
2. Untuk
menjelaskan ruang lingkup materi matematika di SLTP dan SMU.
3. Untuk
menjelaskan prinsip - prinsip pembelajaran matematika di SLTP dan SMU.
4. Untuk
menjelaskan program pengajaran matematika SLTP dan SMU kurikulum 1994.
5. Untuk
menjelaskan tata cara penilaian ( evaluasi ) pendidik kepada peserta didik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian,
Perangkat, dan Kegunaan Kurikulum
Dalam
banyak literature, kurikulum sering diartikan sebagai suatu dokumen
atau rencana tertulis mengenai kualitas pendidikan yang harus dimiliki oleh
peserta didik melalui suatu pengalaman belajar. Pengertian ini mengandung arti
bahwa kurikulum harus tertuang dalam satu atau beberapa dokumen atau rencana
tertulis. Dokumen atau rencana tertulis itu berisikan pernyataan mengenai
kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik yang mengikuti kurikulum
tersebut.
Beberapa pengertian tentang
kurikulum, yaitu :
1. Othanel
Smith cs. Mengartikan kurikulum sebagai sejumlah pengalaman yang secara
potensial dapat diberikan kepada anak, yang diperlukan agar mereka dapat
berpikir dan berkelakuan sesuai dengan masyarakatnya.
2. J.
Lloyd Trump dan Delmas F. Miller, mengartikan bahwa kurikulum lebih luas dari
pada hanya bahan pelajaran, dalam kurikulum termasuk metode belajar dan
mengajar, cara mengevaluasi kemajuan murid dan seluruh program, perubahan dalam
tenaga pengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan administrasi dan
hal-hal struktural mengenai waktu, jumlah, ruangan serta kemungkinan adanya
pilihan mata pelajaran.
Adapun menurut Undang – Undang
Republik Indonesia nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (
UUSPN ), mendefinisikan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
Dengan
adanya kurikulum, proses belajar mengajar di sekolah menjadi teratur dan
tertata sehingga dalam penyampaian materi pembelajaran oleh pengajar dapat
terorganisir dengan rapi.
Setelah
membicarakan pengertian kurikulum, selanjutnya akan dibahas mengenai perangkat
kurikulum. Adapun perangkat kurikulum terdiri atas tiga bagian, yaitu :
1. Buku
I ( Buku Landasan, Program dan Pengembangan )
Dalam Buku I ini,
memuat beberapa hal – hal pokok, yaitu sebagai berikut :
a. Landasan
yang dijadikan acuan dan pedoman dalam pengembangan kurikulum, yaitu tujuan
pendidikan nasional, tujuan pendidikan dasar atau menengah dan tujuan
pendidikan pada sekolah yang sesuai dengan jenjang satuan pendidikan.
b. Program
pengajaran, yang mencakup isi program pengajaran, lama pendidikan dan susunan
program pengajaran.
c. Penilaian
dan pengembangan kurikulum selanjutnya.
2. Buku
II ( Buku Garis – Garis Besar Program Pengajaran / GBPP )
Dalam Buku II ini,
memuat beberapa hal – hal pokok, yaitu sebagai berikut :
a. Pengertian
dan fungsi matematika.
b. Tujuan
pengajaran mata pelajaran yang bersangkutan dan ruang lingkup bahan kajian /
pelajaran.
c. Pokok
– pokok bahasan, konsep, atau tema, dan uraian tentang keluasaan dan
kedalamannya.
d. Rambu
– rambu cara penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
3. Buku
III ( Buku Pedoman Pelaksanaan )
Dalam Buku III ini,
memuat beberapa hal – hal pokok, yaitu sebagai berikut :
a. Pedoman
kegiatan belajar mengajar untuk setiap mata pelajaran.
b. Pedoman
pengelolaan kegiatan belajar mengajar.
c. Pedoman
bimbingan belajar / bimbingan karir.
d. Pedoman
penilaian kegiatan dan hasil belajar.
Selain
perangkat kurikulum, kurikulum juga memiliki kegunaan atau fungsi dalam
pembelajaran. Secara umum fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu
peserta didik untuk mengembangkan pribadinya ke arah tujuan pendidikan.
Kurikulum merupakan segala aspek yang mempengaruhi peserta didik di sekolah,
termasuk guru dan sarana serta prasarana lainnya. Kurikulum sebagai program
belajar bagi siswa, disusun secara sistematis dan logis , diberikan oleh
sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagai program belajar, kurikulum
adalah niat, rencana dan harapan.
Menurut
Alexander Inglis, adapun kegunaan atau fungsi kurikulum, yaitu sebagai berikut
:
1. Fungsi
penyesuaian
karena
individu hidup dalam lingkungan , sedangkan lingkungan tersebut senantiasa
berubah dan dinamis, maka setiap individu harus mampu menyesuaikan diri secara
dinamis. Dan di balik lingkungan pun harus disesuaikan dengan kondisi
perorangan, disinilah letak fungsi kurikulum sebagai alat pendidikan menuju individu
yang well adjusted.
2. Fungsi
integrasi
kurikulum berfungsi mendidik
pribadi-pribadi yang terintegrasi. Oleh karena individu itu sendiri merupakan
bagian integral dari masyarakat, maka pribadi yang terintegrasi itu akan
memberikan sumbangan dalam rangka pembentukan atau pengintegrasian masyarakat.
3. Fungsi
deferensiasi
kurikulum
perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaan - perbedaan perorangan dalam
masyarakat. Pada dasarnya deferensiasi akan mendorong orang berpikir kritis dan
kreatif, dan ini akan mendorong kemajuan social dalam masyarakat.
4. Fungsi
persiapan
kurikulum
berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan studi lebih lanjut untuk
jangkauan yang lebih jauh atau terjun ke masyarakat. Mempersiapkan kemampuan
sangat perlu, karena sekolah tidak mungkin memberikan semua apa yang diperlukan
atau semua apa yang menarik minat mereka.
5. Fungsi
pemilihan
antara
keperbedaan dan pemilihan mempunyai hubungan yang erat.Pengakuan atas perbedaan
berarti pula diberikan kesempatan bagi seseorang untuk memilih apa yang
dinginkan dan menarik minatnya. Ini merupakan kebutuhan yang sangat ideal bagi
masyarakat yang demokratis, sehingga kurikulum perlu diprogram secara
fleksibel.
6. Fungsi
diagnostic
salah
satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan mengarahkan para siswa agar
mereka mampu memahami dan menerima dirinya sehingga dapat mengembangkan semua
potensi yang dimiliki.Ini dapat dilakukan bila mereka menyadari semua kelemahan
dan kekuatan yang dimiliki melalui eksplorasi dan prognosa. Fungsi kurikulum
dalam mendiagnosa dan membimbing siswa agar dapat mengembangkan potensi siswa
secara optimal.
B. Ruang
Lingkup Materi Pembelajaran Matematika di SLTP dan SMU
Pada
Buku II pada perangkat kurikulum, yaitu buku Garis – Garis Besar Program
Pengajaran memuat salah satu hal yaitu tentang tujuan pengajaran mata pelajaran
yang bersangkutan dan ruang lingkup bahan kajian / pelajaran.
Pada
komponan keempat, tepatnya dibagian I ( pendahuluan ) dalam GBPP matematika
sekolah. Disebutkan bahwa bahan kajian inti matematika di SLTP mencakup :
aritmetika, aljabar, geometri, trigonometri, peluang, dan statistic. Sedangkan,
ruang lingkup materi / bahan kajian matematika di SMU mencakup : aritmetika,
aljabar, geometri, statistika, logika matematika, peluang, trigonometri, kalkulus,
dan pengenalan graph.
Semua
unit matematika yang termasuk ruang lingkup dalam pembelajaran matematika di
SLTP dan SMU tersebut pada dasarnya adalah untuk mencapai tujuan – tujuan yang
telah dirumuskan dalam bentuk sasaran dan kemampuan yang diharapkan dalam
pembelajaran matematika di SLTP dan SMU.
C. Prinsip
Pembelajaran Matematika di SLTP dan SMU
Dalam
Buku II pada perangkat kurikulum matematika sekolah, yaitu buku GBPP matematika
SLTP dan SMU yang membahas tentang prinsip pembelajaran matematika di SLTP dan
SMU sesuai dengan kurikulum 1994. Namun, untuk memahami tentang prinsip
pembelajaran matematika di SLTP dan SMU tersebut, terlebih dahulu kita harus
memahami beberapa hal tentang pembelajaran matematika di sekolah, yaitu :
1. Rambu
– rambu pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah
Secara
singkat rambu – rambu pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah dapat
diuraikan, yaitu sebagai berikut :
a. Materi
yang tertuang dalam GBPP merupakan materi minimal yang harus dikembangkan lebih
lanjut.
b. Menggunakan
metode atau strategi yang melibatkan siswa secara aktif.
c. Pengajaran
disesuaikan dengan kekhasan konsep / pokok bahasan/ subpokok bahasan dan tahap
perkembangan berfikir siswa.
d. Urutan
pembahasan pokok bahasan dan subpokok bahasan tergantung pendidik ( guru ),
asalkan pokok bahasan dan subpokok bahasan tersebut berada pada satu catur
wulan.
e. Alokasi
waktu untuk setiap catur wulan merupakan perkiraan.
f. Menggunakan
buku paket atau buku lain yang sesuai dengan kurikulum.
g. Menggunakan
sarana yang tepat.
h. Menggunakan
tes uraian dan tes objektif.
i.
Pembuatan perencanaan pengajaran
tahunan, catur wulan, dan persiapan harian yang dituangkan dalam bentuk
persiapan mengajar.
Selain itu, untuk siswa yang memiliki
kemampuan lebih dapat diberikan materi pengayaan. Materi tambahan ini, hanya
diberikan kepada siswa yang memiliki kemampuan belajar matematika lebih cepat,
dan telah memahami materi – materi pokok, serta tidak dimasukkan ke dalam soal
tes sumatif. Untuk pengaturan alokasi waktu untuk pembahasan setiap pokok
bahasan dan subpokok bahasan akan diatur sepenuhnya oleh pendidik ( guru ).
2. Karakteristik
pembelajaran matematika di sekolah
Karakteristik pembelajaran
matematika memiliki ciri-ciri khas, yang berbeda dengan pembelajaran lainnya.
Menurut Suherman (2003) karaktersitik pembelajaran matematika di sekolah yaitu
sebagai berikut:
a. Pembelajaran
matematika secara bertahap
Materi pembelajaran diajarkan secara
berjenjang atau bertarap yaitu dari hal konkrit ke abstrak, hal yang sederhana
ke kompleks atau konsep mudah ke konsep yang lebih sukar.
b. Pembelajaran
matematika mengikuti metode spiral
Setiap mempelajari konsep baru perlu
memperhatikan konsep atau bahan yang telah dipelajari sebelumnya. Bahan yang
baru selaludikaitkan dengan bahan yang telah dipelajari. Pengulangan konsep
dalam bahan ajar dengan cara memperluas dan memperdalam adalah perlu dalam
pembelajaran matematika (spiral melebar dan naik).
c. Pembelajaran
matematika menekankan pola berfikir deduktif
Matematika adalah deduktif,
matematika tersusun secara deduktif aksiomatik. Namun demikian harus dapat
dipilihkan pendekatan yang cocok dengan kondisi siswa. Dalam pembelajaran belum
sepenuhnya menggunakan pendekatan deduktif tetapi masih campur dengan induktif.
Pada
prinsipnya, matematika sekolah jelas merupakan bagian matematika. Oleh karena
itu, maka seharusnya ”tempat” matematika sekolah juga berada dalam naungan
”rumah” matematika yang dihiasi dengan tiang-tiang ornamen matematika yang amat
kokoh dan indah, yang berupa pola pikir deduktif. Pola pikir deduktif ini akan
membawa konsekuensi dengan
munculnya kata definisi, aksioma, dan teorema yang
kemunculannya jelas harus disesuaikan dengan tingkat berpikir para siswa.
Pada
kurikulum 1994, pola pikir deduktif sempat dimunculkan dalam salah satu materi
pokok matematika, yaitu Kesejajaran. Sayang tidak berumur panjang.
Bila
matematika sekolah akan disusun dengan pola pikir deduktif maka matematika
sekolah juga perlu ditulis dengan memulainya dari hal yang umum menuju ke
hal-hal yang khusus. Jadi, urutan penyajian matematika sekolah harus dimulai
dengan Pengertian Pangkal (undefined
terms), diikuti dengan dengan aksioma-aksioma, definisi, dan selanjutnya
diikuti dengan teorema-teorema. Teorema disusun secara urut dan tidak boleh
tumpang tindih. Akibat para mahasiswa Pendidikan Matematika (juga guru
pelajaran matematika) masih kurang dibekali dengan pengetahuan tentang pola
pikir deduktif ini, maka buku-buku pelajaran matematika atau ”LKS Matematika”
yang beredar di sekolah-sekolah juga penataannya menjadi aneh dan tumpang
tindih. Maksud tumpang tindih, antara definisi dengan teorema dijadikan satu.
Hal yang seharusnya amat dihindari dalam matematika. Contoh definisi yang salah
karena tumpang tindih (Amin Suyitno, 2004): ”Jajar genjang adalah segi empat yang mempunyai dua pasang sisi-sisi
berhadapan sejajar dan sama panjang”. Kesalahannya, definisi dan
sifat/teorema dijadikan satu dalam sebuah definisi. Seharusnya:
Definisi: Jajar genjang adalah
segiempat yang mempunyai dua pasang sisi-sisi berhadapan sejajar.
Sifat/teorema: Jika sebuah segiempat
adalah jajar genjang maka sisi-sisi yang berhadapan sama panjang.
Sebuah
definisi sifatnya jelas tanpa harus dibuktikan, sedangkan Sifat atau Teorema
harus dibuktikan atau dapat dibuktikan kebenarannya.
d. Pembelajaran
matematika menganut kebenaran konsistensi
Kebenaran-kebenaran dalam matematika
pada dasarnya merupakan kebenaran konsistensi, tidak bertentangan antara
kebenaran suatu konsep dengan yang lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar
bila didasarkan atas pernyataan-pernyataan yang terdahulu yang telah diterima
kebenarannya.
D. Program
Pengajaran Matematika SLTP dan SMU Kurikulum 1994
Dalam
buku strategi pembelajaran matematika kontemporer halaman 69, suherman
menyatakan, bahwa program pengajaran matematika dapat dilihat pada buku GBPP
mata pelajaran matematika SLTP dan SMU tentunya untuk kurikulum 1994.
Menurut
Suherman dalam buku starategi pembelajaran matematika kontemporer bahwa,
GBPP matematika SMU 1994 mangalami perubahan sebagai penyempurnaan /
penyesuaian kurikulum 1994, sehingga muncul suplemen GBPP pada tahun 1999.
Penyesuaian tersebut dibuat berdasarkan hasil kajian, penelitian dan masukan
dari lapangan serta masukan instansi yang terkait.
Adapun
perubahan GBPP yang terdapat pada suplemen 1999 tersebut, yaitu :
1. Membuang
pokok pembahasan yang kurang esensial
2. Menunda
pembahasan pada kelas yang lebih tinggi dan sebaliknya
3. Menjadikan
materi wajib menjadi pengayaan dan sebaliknya
4. Menambah
materi esensial yang diperlukan
5. Menata
urutan dan distribusi pokok pembahasan
6. Menyempurnakan
kalimat pada GBPP yang dianggap kurang jelas
Sebelum menyusun program pengajaran
matematika di sekolah, terlebih dahulu pendidik telaah materi yang ada dalam
bagian program pembelajaran dari GBPP matematika tersebut, tujuannya untuk
mendapatkan suatu informasi tentang kedalaman serta keluasan dari setiap pokok/
subpokok bahasan pada materi yang akan disampaikan. Dengan informasi tentang
pokok / subpokok bahasan materi tersebut, akan sangat membantu seorang guru
dalam melihar hubungan serta peta antara suatu konsep dengan konsep lainnya,
sehingga seorang guru dapat memperkirakan urutan – urutan bahan materi yang
akan diajarkan. Selain itu, dengan melakukan telaah materi ini seorang guru dapat
memperkirakan alokasi waktu untuk setiap bahan dari poko / subpokok bahasan
dalam GBPP yang telah ditelaah sebelumnya dalam rangka mempersiapkan proses
pembelajarannya.
Selanjutnya setelah melakukan telaah
materi, pendidik perlu pula melihat penyebaran alokasi waktu dari masing –
masing unit matematika untuk setiap kelas dan setiap catur wulan. Hal ini
penting dilakukan guna untuk dapat melihat jelas bahan kajian matematika
sekolah menurut kurikulum sehingga dapat membantu pendidik untuk menjabarkan
GBPP ke dalam bentuk program/ perencanaan/ persiapan dalam pembelajarannya.
Adapun program – program pembelajaran
yang perlu disusun oleh pendidik, yaitu program tahunan, program catur wulan
(PCW), dan program satuan pelajaran (PSP) yaitu program pembelajaran untuk satu
pokok bahasan dalam rencana pengajaran (RP) yang memuat rencana pembelajaran
untuk satu pertemuan. Sebelum menyusun program – program pembelajaran tersebut,
sangatlah penting untuk melakukan Analisis Materi Pelajaran (AMP) terlebih
dahulu. Dalam AMP ini, bahan yang perlu dimuat yaitu bahan pelajaran
(pokok/subpokok bahasan), penjabaran bahan pembelajaran (uraian singkat dan
contoh), metodologi, sarana, dan perkiraan alokasi waktu untuk setiap bahan
tersebut.
Dalam program – program pembelajaran,
terdapat beberapa komponen yang perlu dimuat, yaitu sebagai berikut : (Erman
Suherman, halaman : 70)
1. Program
tahunan
Pada
program tahunan ini terdapat lima komponen yang perlu dimuat, yaitu ( berturut
– turut) Catur Wulan, Nomor PSP, Pokok Bahasan, Alokasi Waktu, dan Keterangan.
Program tahunan ini disajikan dalam bentuk tabel.
2. Program
catur wulan
Adapun
yang dimuat dalam program ini, yaitu perhitungan alokasi waktu, distribusi
alokasi waktu, dan rincian waktu.
3. Program
satuan pelajaran (PSP)
Adapun
komponen yang harus ada pada program ini, yaitu
a. tujuan
pembelajaran pokok bahasan.
b. materi
pelajaran, sumber/ alat, dan alokasi waktu.
c. rencana
pelajaran, biasanya rencana pelajaran ini dibuat secara terpisah, dalam PSP ini
hanya dicantumkan terlampir.
d. penilaian.
Penilaian ini ada dua bagian, yaitu prosedur penilaian dan alat penilaian. Alat
penilaian biasanya dibuat secara tersendiri. Pada umumnya sebelum penilaian,
dicantumkan pula komponen lain yaitu pendekatan dan metode pembelajaran yang
digunakan.
4. Rencana
pengajaran (RP)
Adapun
yang harus dimuat dalam rencana pengajaran (RP), yaitu tujuan pembelajaran
khusus (TPK), materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, dan penilaian proses
serta kuncinya.
E. Penilaian
Untuk
penilaian, dalam pelajaran matematika ditekankan bahwa penilaian dilihat pada
proses dan hasil berfikir. Dalam proses berfikir perlu dilihat tata nalar,
alasan, dan kreativitas. Proses dan hasil berfikir tersebut dinilai dari segi
kelogisan, kecermatan, efisiensi, dan ketepatan. Sedangkan kreativitas dinilai
dari segi keragamannya.
1. Sistem
penilaian berkelanjutan
Sistem
penilaian yang dikembangkan sebagai bagian dari pelaksanaan kurikulum berbasis
kompetensi adalah sistem penilaian berkelanjutan. Sistem
penilaian berkelanjutan adalah sistem penilaian yang dimaksudkan untuk mengukur
semua kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa. Hasil pengujiannya dianalisis
dan digunakan untuk menentukan ujian berikutnya. Dengan demikian pada sistem
penilaian ini harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut.
a. Semua
komponen indikator pencapaian kompetensi dijadikan acuan untuk pembuatan
instrumen penilaiannya.
b. Hasil
pengujian dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dikuasai dan
yang belum dikuasai siswa serta kesulitan yang dihadapi siswa, sehingga dapat
ditentukan langkah pembelajaran berikutnya yakni pembelajaran remedial atau
pengayaan, serta pengujian berikutnya.
c. Penilaiannya
dapat dilakukan dengan teknik tes dan non tes.
d. Penilaian
dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung (di tengah atau akhir
setiap pertemuan sebagai penilaian proses) dan pada akhir belajar suatu
kompetensi
2. Tekhnik
penilaian
Penilaian
pembelajaran mencakup proses maupun hasil belajar.
Dalam hal ini penilaian itu dapat dilakukan dengan teknik tes dan
non tes.
Teknis tes meliputi di antaranya: tes tertulis, tes lisan, tes perbuatan.
Teknik non tes meliputi di antaranya: pengamatan (sistematis), pengisian
angket, pengukuran skala sikap dan minat (afektif), pemberian tugas dan
portofolio.
3. Jenis
tagihan
a. Quis
b. Pertanyaan
lisan
c. Tugas
individu
d. Tugas
kelompok
e. Ulangan
harian
f. Ulangan
tengah semester
g. Ulangan
akhir semester
h. Ulangan
kenaikan kelas
4. Ranah
pengukuran
Ranah pengukuran yang
menjadi perhatian dalam kegiatan penilaian ini adalah:
a. Ranah
kognitif
Mengacu pada taksonomi Bloom, terdiri
atas 6 jenjang : (Setiawan, 2008, halaman : 11)
1) Pengetahuan
(knowledge): kemampuan
mengingat materi yang telah dipelajari dari pengalaman belajar.
2) Pemahaman
(comprehension): kemampuan
untuk menangkap arti materi pelajaran yang dapat berupa kata, angka,
menjelaskan sebab akibat
3) Aplikasi (application): kemampuan menggunakan materi pelajaran yang telah
dipelajari lewat pengalaman belajar kepada situasi dan kondisi yang lebih
konkrit.
4) Analisis
(analysis): kemampuan memecah
materi menjadi bagian-bagian sehingga struktur organisasi materi dapat
dimengerti.
5) Sintesis
(synthesis): kemampuan
menempatkan bagian-bagian secara bersama sehingga dapat membentuk sesuatu yang
baru sebagai satu kesatuan.
6) Evaluasi
(evaluation): kemampuan
mengambil keputusan untuk memberikan penilaian atau pertimbangan nilai terhadap
suatu materi pelajaran sesuai dengan tujuannya.
b. Ranah
afektif
Sasaran
penilaian hasil pembelajaran lain yang dihasilkan lewat pengalaman belajar
adalah ranah afektif. Ranah ini mencakup sasaran yang menyangkut sikap,
penghargaan, nilai, dan emosi, menikmati, memelihara, menghormati. Dalam buku (Setiawan, 2008, halaman : 11), menyusun
ranah afektif dalam 5 jenjang, yaitu:
1)
Menerima (receiving), yakni kemauan untuk memperhatikan suatu kejadian
atau kegiatan. Contoh: mendengarkan, menyadari, mengamati, hati-hati terhadap,
peka terhadap, dan toleran terhadap.
2)
Menanggapi (responding), yakni mau bereaksi terhadap suatu kejadian dengan
berperan serta. Contoh: menjawab, menanggapi, mengikuti, menyetujui, menuruti
perintah, dan berminat terhadap.
3)
Menilai (valuing), mau menerima atau menolak suatu kejadian melalui
pengungkapan sikap positif atau negatif. Contoh: memperoleh, mengandaikan,
mendukung, ikut serta, meneruskan, mengabdikan diri.
4)
Menyusun (organizing), bila siswa berhadapan dengan situasi yang
menyangkut lebih dari satu nilai, dengan senang hati mengatur nilai-nilai tersebut,
menentukan hubungan antara berbagai nilai tersebut, dan menerima bahwa ada
nilai yang lebih tinggi daripada yang lain dari segi pentingnya bagi siswa
perseorangan. Contoh: mempertimbangkan, memutuskan, membuat rencana, dan
mempertimbangkan alternatif.
5)
Pembentukan sifat melalui nilai (characterization by value or value complex),
siswa secara konsisten mengikuti nilai yang berlaku dan menganggap tingkah laku
ini sebagai bagian dari sifatnya. Contoh: percaya akan, mempraktekkan, terus
melakukan, mengerjakan, bertindak menurut tata nilainya sendiri.
c. Ranah
psikomotor
Ranah
ini membahas keterampilan yang membutuhkan penggunaan dan koordinasi otot
tubuh, seperti dalam kegiatan jasmani dalam melaksanakan, mengolah, dan
membangun. Klasifikasi ranah ini yang paling mudah dimengerti adalah
sebagaimana taksonomi yang jelaskan dalam buku (Setiawan, 2008, halaman : 13 )
dalam ranah psikomotorik terdapat 6 jenjang sebagai berikut:
1)
Gerakan refleks, merupakan reaksi otot
secara tidak sadar terhadap rangsangan, suatu gerakan naluriah dan tidak
dipelajari.
2)
Gerakan pokok mendasar, merupakan pola
gerakan tubuh yang didasarkan pada gerakan refleks dan merupakan dasar bagi
semua kegiatan psikomotor normal. Contoh: berjalan, berlari, meloncat,
menggapai, memegang.
3)
Kemampuan menghayati, melibatkan
kesadaran kinestetik, seperti perubahan keseimbangan badan, pembedaan pandangan
atau pendengaran, pembedaan rasa rabaan atau sentuhan, dan koordinasi gerakan
mata-tangan dan mata-kaki. Contoh: berputar, membungkuk, menyeimbangkan, menyepak
bola.
4)
Kemampuan jasmani, termasuk dalam
kategori ini adalah daya tahan, kekuatan, keluwesan dan kelincahan gerak.
Gerakan yang sangat terampil tidak bisa dibentuk tanpa dasar yang kuat dalam
berbagai kemampuan tersebut. Gerakan yang menunjukkan keterampilan, yakni
tindakan yang rumit dengan efisien, di mana beberapa macam gerakan yang rumit
tersebut kalau dilatih menghasilkan gerakan yang menunjukkan keterampilan
dengan luwes dan indah. Contoh: memainkan alat musik, mengemudikan kendaraan,
memperbaiki mesin dan sebagainya. Dalam kategori ini terdapat suatu gerakan
yang merupakan komunikasi berkesinambungan dari gerakan jasmani yang bersifat
reflex yang merupakan hasil belajar, sebagai misal adalah gerakan penafsiran
dalam bentuk kesenian yang indah atau kreatif
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
beberapa uaraian di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan tentang materi
analisis kurikulum, yaitu sebagai
berikut :
1. Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar
mengajar.
2. Perangkat
kurikulum terbagi menjadi tiga, yaitu Buku I (Buku Landasan, Program dan
Pengembangan), Buku II (Buku Garis – Garis Besar Program Pengajaran), Buku III
(Buku Pedoman Pelaksanaan).
3. Kurikulum
mempunyai beberapa fungsi, yaitu fungsi penyesuaian, fungsi integrasi, fungsi
deferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan, fungsi diagnostic.
4. Ruang
lingkup materi pembelajaran matematika di SlTP mencakup : aritmetika, aljabar,
geometri, trigonometri, peluang, dan statistic. Sedangkan, ruang lingkup materi
/ bahan kajian matematika di SMU mencakup : aritmetika, aljabar, geometri,
statistika, logika matematika, peluang, trigonometri, kalkulus, dan pengenalan
graph.
5. Sebelum
mempelajari tentang prinsip pembelajaran matematika di SLTP dan SMU terlebih
dahulu mengetahui tentang rambu – rambu pelaksanaan pembelajaran matematika di
sekolah dan karakteristik pembelajaran matematika di sekolah.
6. Program
pengajaran matematika SLTP dan SMU Kurikulum 1994, yaitu program tahunan,
program catur wulan, program satuan pelajaran (PSP), dan tambahan yaitu rencana
pengajaran (RP).
7. Untuk
penilaian, ditekankan bahwa penilaian
dilihat pada proses dan hasil berfikir. Dalam proses berfikir perlu dilihat
tata nalar, alasan, dan kreativitas. Proses dan hasil berfikir tersebut dinilai
dari segi kelogisan, kecermatan, efisiensi, dan ketepatan. Sedangkan
kreativitas dinilai dari segi keragamannya.
B. Saran
– Saran
Kurikulum
merupakan komponen yang sangat penting dalam pendidikan, istilah kurikulum
untuk pendidikan yaitu polisi pendidikan. Karena kurikulum mengatur tata cara
proses pendidikan, dan setiap elemen pembelajaran selalu mengacu pada kurikulum
yang digunakan saat itu. Oleh karena itu, saran dari penulis adalah bahwa kita
semua sebagai calon – calon guru hendaknya selalu mencari dan menganalisis
kurikulum yang digunakan saat itu. Sehingga dalam penyampaian materi kepada
peserta didik dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman. Serta mencari tahu,
apa sesuatu yang berbeda dan akan ditekankan dalam proses pembelajaran oleh
kurikulum yang berlaku saat itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar