Senin, 05 Januari 2015

strategi pembelajaran matematika





MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
 
DISUSUN OLEH :
NAMA                           : FETI ANDIRA
NIM                               : 12 221 051
KELAS / SEMESTER : B / IV




JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) MATARAM
2014

DAFTAR PUSTAKA
Suherman, Erman, dkk. 2013. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Sutarto, dan Syarifuddin. 2013. Desain Pembelajaran Matematika. Yogyakarta : Samudra Biru.
Wardhani, Sri. 2010. Implikasi Karakteristik Matematika Dalam Penacapaian Tujuan Mata Pelajaran Matematika di SMP/MTS. Yogyakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

 


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Rata – rata dari masyarakat Indonesia sering mendengar kata Kurikulum,  bisa jadi akan timbul pertanyaan di pikiran kita ketika mendengar kata Kurikulum.
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai pedoman dalam melaksanakan  pendidiakan. Menurut Othanel Smith cs, mengartikan bahwa kurikulum sebagai sejumlah pengalaman yang secara potensial dapat diberikan kepada anak, yang diperlukan agar mereka dapat berpikir dan berkelakuan sesuai dengan masyarakatnya.
Nilai sosial, kebutuhan, dan tuntutan masyarakat cenderung selalu mengalami perubahan antara lain akibat dari kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi. Kurikulum harus dapat mengatasi perubahan tersebut, sebab pendidikan adalah cara – cara yang di anggap paling strategis untuk mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kurikulum dapat merencanakan  hasil pendidikan atau pengajaran yang diharapkan karena dapat menunjukan apa yang harus dilakukan dan kegiatan apa yang harus dialami oleh peserta didik. Hasil pendidikan kadang-kadang tidak dapat diketahui dengan segera atau setelah anak didik menyelesaikan program pendidikan. Pembaharuan kurikulum harus segera  dilakukan sebab tidak ada kurikulum yang sesuai  sepanjang masa. Kurikulum harus dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang senantiasa cenderung berubah.
Keberlangsungan proses pembelajaran di sekolah – sekolah sangat dipengaruhi oleh kurikulum. Jika kurikulum mengalami perubahan, maka proses pembelajaran di sekolah juga mengalami perubahan sejalan dengan kurikulum yang diberlakukan oleh pemerintah di negara tersebut.
Tidak jarang seorang pendidik yang belum menyesuaikan proses pebelajaran yang dilakukan dengan proses pembelajaran sesuai dengan yang sudah diatur oleh kurikulum yang diberlakukan saat itu, Sehingga dengan masalah itu, terdapat pokok pembahasan materi yang seharusnya harus disampaikan kepada peserta didik menjadi tidak  tersampaikan.  
Oleh karena itu, untuk mengetahui komponen – komponen apa saja dalam pembelajaran di sekolah yang sangat dipengaruhi oleh kurikulum, maka perlu dilakukan analisis kurikulum. Karena, dengan melakukan analisis kurikulum terutama kurikulum yang sedang berlaku saat ini, akan dapat memudahkan pendidik ( guru ) untuk menyesuaikan cara- cara pembelajarannya, sehingga tidak mengalami ketertinggalan.
B.       Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat dirumuskan dari materi analisis kurikulum ini, yaitu sebagai berikut :
1.      Apa pengertian, perangkat, dan kegunaan kurikulum ?
2.      Bagaimana ruang lingkup materi matematika di SLTP dan SMU ?
3.      Apa prinsip - prinsip pembelajaran matematika di SLTP dan SMU ?
4.      Bagaimana program pengajaran matematika SLTP dan SMU kurikulum 1994 ?
5.      Bagaimana tata cara penilaian ( evaluasi ) pendidik kepada peserta didik ?
C.       Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah tentang Analisis Kurikulum ini, yaitu sebagai berikut :
1.      Untuk menjelaskan pengertian, perangkat, dan kegunaan kurikulum.
2.      Untuk menjelaskan ruang lingkup materi matematika di SLTP dan SMU.
3.      Untuk menjelaskan prinsip - prinsip pembelajaran matematika di SLTP dan SMU.
4.      Untuk menjelaskan program pengajaran matematika SLTP dan SMU kurikulum 1994.
5.      Untuk menjelaskan tata cara penilaian ( evaluasi ) pendidik kepada peserta didik.



BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian, Perangkat, dan Kegunaan Kurikulum
Dalam banyak literature, kurikulum sering diartikan sebagai suatu dokumen atau rencana tertulis mengenai kualitas pendidikan yang harus dimiliki oleh peserta didik melalui suatu pengalaman belajar. Pengertian ini mengandung arti bahwa kurikulum harus tertuang dalam satu atau beberapa dokumen atau rencana tertulis. Dokumen atau rencana tertulis itu berisikan pernyataan mengenai kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik yang mengikuti kurikulum tersebut.
Beberapa pengertian tentang kurikulum, yaitu :
1.      Othanel Smith cs. Mengartikan kurikulum sebagai sejumlah pengalaman yang secara potensial dapat diberikan kepada anak, yang diperlukan agar mereka dapat berpikir dan berkelakuan sesuai dengan masyarakatnya.
2.      J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller, mengartikan bahwa kurikulum lebih luas dari pada hanya bahan pelajaran, dalam kurikulum termasuk metode belajar dan mengajar, cara mengevaluasi kemajuan murid dan seluruh program, perubahan dalam tenaga pengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan administrasi dan hal-hal struktural mengenai waktu, jumlah, ruangan serta kemungkinan adanya pilihan mata pelajaran.
Adapun menurut Undang – Undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional ( UUSPN ), mendefinisikan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
Dengan adanya kurikulum, proses belajar mengajar di sekolah menjadi teratur dan tertata sehingga dalam penyampaian materi pembelajaran oleh pengajar dapat terorganisir dengan rapi.
Setelah membicarakan pengertian kurikulum, selanjutnya akan dibahas mengenai perangkat kurikulum. Adapun perangkat kurikulum terdiri atas tiga bagian, yaitu :
1.      Buku I ( Buku Landasan, Program dan Pengembangan )
Dalam Buku I ini, memuat beberapa hal – hal pokok, yaitu sebagai berikut :
a.       Landasan yang dijadikan acuan dan pedoman dalam pengembangan kurikulum, yaitu tujuan pendidikan nasional, tujuan pendidikan dasar atau menengah dan tujuan pendidikan pada sekolah yang sesuai dengan jenjang satuan pendidikan.
b.      Program pengajaran, yang mencakup isi program pengajaran, lama pendidikan dan susunan program pengajaran.
c.       Penilaian dan pengembangan kurikulum selanjutnya.
2.      Buku II ( Buku Garis – Garis Besar Program Pengajaran / GBPP )
Dalam Buku II ini, memuat beberapa hal – hal pokok, yaitu sebagai berikut :
a.       Pengertian dan fungsi matematika.
b.      Tujuan pengajaran mata pelajaran yang bersangkutan dan ruang lingkup bahan kajian / pelajaran.
c.       Pokok – pokok bahasan, konsep, atau tema, dan uraian tentang keluasaan dan kedalamannya.
d.      Rambu – rambu cara penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
3.      Buku III ( Buku Pedoman Pelaksanaan )
Dalam Buku III ini, memuat beberapa hal – hal pokok, yaitu sebagai berikut :
a.       Pedoman kegiatan belajar mengajar untuk setiap mata pelajaran.
b.      Pedoman pengelolaan kegiatan belajar mengajar.
c.       Pedoman bimbingan belajar / bimbingan karir.
d.      Pedoman penilaian kegiatan dan hasil belajar.
Selain perangkat kurikulum, kurikulum juga memiliki kegunaan atau fungsi dalam pembelajaran. Secara umum fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu peserta didik untuk mengembangkan pribadinya ke arah tujuan pendidikan. Kurikulum merupakan segala aspek yang mempengaruhi peserta didik di sekolah, termasuk guru dan sarana serta prasarana lainnya. Kurikulum sebagai program belajar bagi siswa, disusun secara sistematis dan logis , diberikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagai program belajar, kurikulum adalah niat, rencana dan harapan.
Menurut Alexander Inglis, adapun kegunaan atau fungsi kurikulum, yaitu sebagai berikut :
1.      Fungsi penyesuaian
karena individu hidup dalam lingkungan , sedangkan lingkungan tersebut senantiasa berubah dan dinamis, maka setiap individu harus mampu menyesuaikan diri secara dinamis. Dan di balik lingkungan pun harus disesuaikan dengan kondisi perorangan, disinilah letak fungsi kurikulum sebagai alat pendidikan menuju individu yang well adjusted.
2.      Fungsi integrasi
kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi. Oleh karena individu itu sendiri merupakan bagian integral dari masyarakat, maka pribadi yang terintegrasi itu akan memberikan sumbangan dalam rangka pembentukan atau pengintegrasian masyarakat.
3.      Fungsi deferensiasi
kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaan - perbedaan perorangan dalam masyarakat. Pada dasarnya deferensiasi akan mendorong orang berpikir kritis dan kreatif, dan ini akan mendorong kemajuan social dalam masyarakat.
4.      Fungsi persiapan
kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan studi lebih lanjut untuk jangkauan yang lebih jauh atau terjun ke masyarakat. Mempersiapkan kemampuan sangat perlu, karena sekolah tidak mungkin memberikan semua apa yang diperlukan atau semua apa yang menarik minat mereka.
5.      Fungsi pemilihan
antara keperbedaan dan pemilihan mempunyai hubungan yang erat.Pengakuan atas perbedaan berarti pula diberikan kesempatan bagi seseorang untuk memilih apa yang dinginkan dan menarik minatnya. Ini merupakan kebutuhan yang sangat ideal bagi masyarakat yang demokratis, sehingga kurikulum perlu diprogram secara fleksibel.
6.      Fungsi diagnostic
salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan mengarahkan para siswa agar mereka mampu memahami dan menerima dirinya sehingga dapat mengembangkan semua potensi yang dimiliki.Ini dapat dilakukan bila mereka menyadari semua kelemahan dan kekuatan yang dimiliki melalui eksplorasi dan prognosa. Fungsi kurikulum dalam mendiagnosa dan membimbing siswa agar dapat mengembangkan potensi siswa secara optimal.
B.       Ruang Lingkup Materi Pembelajaran Matematika di SLTP dan SMU
Pada Buku II pada perangkat kurikulum, yaitu buku Garis – Garis Besar Program Pengajaran memuat salah satu hal yaitu tentang tujuan pengajaran mata pelajaran yang bersangkutan dan ruang lingkup bahan kajian / pelajaran.
Pada komponan keempat, tepatnya dibagian I ( pendahuluan ) dalam GBPP matematika sekolah. Disebutkan bahwa bahan kajian inti matematika di SLTP mencakup : aritmetika, aljabar, geometri, trigonometri, peluang, dan statistic. Sedangkan, ruang lingkup materi / bahan kajian matematika di SMU mencakup : aritmetika, aljabar, geometri, statistika, logika matematika, peluang, trigonometri, kalkulus, dan pengenalan graph.
Semua unit matematika yang termasuk ruang lingkup dalam pembelajaran matematika di SLTP dan SMU tersebut pada dasarnya adalah untuk mencapai tujuan – tujuan yang telah dirumuskan dalam bentuk sasaran dan kemampuan yang diharapkan dalam pembelajaran matematika di SLTP dan SMU.
C.       Prinsip Pembelajaran Matematika di SLTP dan SMU
Dalam Buku II pada perangkat kurikulum matematika sekolah, yaitu buku GBPP matematika SLTP dan SMU yang membahas tentang prinsip pembelajaran matematika di SLTP dan SMU sesuai dengan kurikulum 1994. Namun, untuk memahami tentang prinsip pembelajaran matematika di SLTP dan SMU tersebut, terlebih dahulu kita harus memahami beberapa hal tentang pembelajaran matematika di sekolah, yaitu :
1.      Rambu – rambu pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah
Secara singkat rambu – rambu pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah dapat diuraikan, yaitu sebagai berikut :
a.       Materi yang tertuang dalam GBPP merupakan materi minimal yang harus dikembangkan lebih lanjut.
b.      Menggunakan metode atau strategi yang melibatkan siswa secara aktif.
c.       Pengajaran disesuaikan dengan kekhasan konsep / pokok bahasan/ subpokok bahasan dan tahap perkembangan berfikir siswa.
d.      Urutan pembahasan pokok bahasan dan subpokok bahasan tergantung pendidik ( guru ), asalkan pokok bahasan dan subpokok bahasan tersebut berada pada satu catur wulan.
e.       Alokasi waktu untuk setiap catur wulan merupakan perkiraan.
f.       Menggunakan buku paket atau buku lain yang sesuai dengan kurikulum.
g.      Menggunakan sarana yang tepat.
h.      Menggunakan tes uraian dan tes objektif.
i.        Pembuatan perencanaan pengajaran tahunan, catur wulan, dan persiapan harian yang dituangkan dalam bentuk persiapan mengajar.
Selain itu, untuk siswa yang memiliki kemampuan lebih dapat diberikan materi pengayaan. Materi tambahan ini, hanya diberikan kepada siswa yang memiliki kemampuan belajar matematika lebih cepat, dan telah memahami materi – materi pokok, serta tidak dimasukkan ke dalam soal tes sumatif. Untuk pengaturan alokasi waktu untuk pembahasan setiap pokok bahasan dan subpokok bahasan akan diatur sepenuhnya oleh pendidik ( guru ).
2.      Karakteristik pembelajaran matematika di sekolah
Karakteristik pembelajaran matematika memiliki ciri-ciri khas, yang berbeda dengan pembelajaran lainnya. Menurut Suherman (2003) karaktersitik pembelajaran matematika di sekolah yaitu sebagai berikut:
a.       Pembelajaran matematika secara  bertahap
Materi pembelajaran diajarkan secara berjenjang atau bertarap yaitu dari hal konkrit ke abstrak, hal yang sederhana ke kompleks atau konsep mudah ke konsep yang lebih sukar.
b.      Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral
Setiap mempelajari konsep baru perlu memperhatikan konsep atau bahan yang telah dipelajari sebelumnya. Bahan yang baru selaludikaitkan dengan bahan yang telah dipelajari. Pengulangan konsep dalam bahan ajar dengan cara memperluas dan memperdalam adalah perlu dalam pembelajaran matematika (spiral melebar dan naik).
c.       Pembelajaran matematika menekankan pola berfikir deduktif
Matematika adalah deduktif, matematika tersusun secara deduktif aksiomatik. Namun demikian harus dapat dipilihkan pendekatan yang cocok dengan kondisi siswa. Dalam pembelajaran belum sepenuhnya menggunakan pendekatan deduktif tetapi masih campur dengan induktif.
Pada prinsipnya, matematika sekolah jelas merupakan bagian matematika. Oleh karena itu, maka seharusnya ”tempat” matematika sekolah juga berada dalam naungan ”rumah” matematika yang dihiasi dengan tiang-tiang ornamen matematika yang amat kokoh dan indah, yang berupa pola pikir deduktif. Pola pikir deduktif ini akan membawa konsekuensi dengan
munculnya kata definisi, aksioma, dan teorema yang kemunculannya jelas harus disesuaikan dengan tingkat berpikir para siswa.
Pada kurikulum 1994, pola pikir deduktif sempat dimunculkan dalam salah satu materi pokok matematika, yaitu Kesejajaran. Sayang tidak berumur panjang.
Bila matematika sekolah akan disusun dengan pola pikir deduktif maka matematika sekolah juga perlu ditulis dengan memulainya dari hal yang umum menuju ke hal-hal yang khusus. Jadi, urutan penyajian matematika sekolah harus dimulai dengan Pengertian Pangkal (undefined terms), diikuti dengan dengan aksioma-aksioma, definisi, dan selanjutnya diikuti dengan teorema-teorema. Teorema disusun secara urut dan tidak boleh tumpang tindih. Akibat para mahasiswa Pendidikan Matematika (juga guru pelajaran matematika) masih kurang dibekali dengan pengetahuan tentang pola pikir deduktif ini, maka buku-buku pelajaran matematika atau ”LKS Matematika” yang beredar di sekolah-sekolah juga penataannya menjadi aneh dan tumpang tindih. Maksud tumpang tindih, antara definisi dengan teorema dijadikan satu. Hal yang seharusnya amat dihindari dalam matematika. Contoh definisi yang salah karena tumpang tindih (Amin Suyitno, 2004): ”Jajar genjang adalah segi empat yang mempunyai dua pasang sisi-sisi berhadapan sejajar dan sama panjang”. Kesalahannya, definisi dan sifat/teorema dijadikan satu dalam sebuah definisi. Seharusnya:
Definisi: Jajar genjang adalah segiempat yang mempunyai dua pasang sisi-sisi berhadapan sejajar.
Sifat/teorema: Jika sebuah segiempat adalah jajar genjang maka sisi-sisi yang berhadapan sama panjang.
Sebuah definisi sifatnya jelas tanpa harus dibuktikan, sedangkan Sifat atau Teorema harus dibuktikan atau dapat dibuktikan kebenarannya.
d.      Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi
Kebenaran-kebenaran dalam matematika pada dasarnya merupakan kebenaran konsistensi, tidak bertentangan antara kebenaran suatu konsep dengan yang lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar bila didasarkan atas pernyataan-pernyataan yang terdahulu yang telah diterima kebenarannya.
D.      Program Pengajaran Matematika SLTP dan SMU Kurikulum 1994
Dalam buku strategi pembelajaran matematika kontemporer halaman 69, suherman menyatakan, bahwa program pengajaran matematika dapat dilihat pada buku GBPP mata pelajaran matematika SLTP dan SMU tentunya untuk kurikulum 1994.
Menurut Suherman dalam buku starategi pembelajaran matematika kontemporer  bahwa,  GBPP matematika SMU 1994 mangalami perubahan sebagai penyempurnaan / penyesuaian kurikulum 1994, sehingga muncul suplemen GBPP pada tahun 1999. Penyesuaian tersebut dibuat berdasarkan hasil kajian, penelitian dan masukan dari lapangan serta masukan instansi yang terkait.
Adapun perubahan GBPP yang terdapat pada suplemen 1999 tersebut, yaitu :
1.      Membuang pokok pembahasan yang kurang esensial
2.      Menunda pembahasan pada kelas yang lebih tinggi dan sebaliknya
3.      Menjadikan materi wajib menjadi pengayaan dan sebaliknya
4.      Menambah materi esensial yang diperlukan
5.      Menata urutan dan distribusi pokok pembahasan
6.      Menyempurnakan kalimat pada GBPP yang dianggap kurang jelas
Sebelum menyusun program pengajaran matematika di sekolah, terlebih dahulu pendidik telaah materi yang ada dalam bagian program pembelajaran dari GBPP matematika tersebut, tujuannya untuk mendapatkan suatu informasi tentang kedalaman serta keluasan dari setiap pokok/ subpokok bahasan pada materi yang akan disampaikan. Dengan informasi tentang pokok / subpokok bahasan materi tersebut, akan sangat membantu seorang guru dalam melihar hubungan serta peta antara suatu konsep dengan konsep lainnya, sehingga seorang guru dapat memperkirakan urutan – urutan bahan materi yang akan diajarkan. Selain itu, dengan melakukan telaah materi ini seorang guru dapat memperkirakan alokasi waktu untuk setiap bahan dari poko / subpokok bahasan dalam GBPP yang telah ditelaah sebelumnya dalam rangka mempersiapkan proses pembelajarannya.
Selanjutnya setelah melakukan telaah materi, pendidik perlu pula melihat penyebaran alokasi waktu dari masing – masing unit matematika untuk setiap kelas dan setiap catur wulan. Hal ini penting dilakukan guna untuk dapat melihat jelas bahan kajian matematika sekolah menurut kurikulum sehingga dapat membantu pendidik untuk menjabarkan GBPP ke dalam bentuk program/ perencanaan/ persiapan dalam pembelajarannya.
Adapun program – program pembelajaran yang perlu disusun oleh pendidik, yaitu program tahunan, program catur wulan (PCW), dan program satuan pelajaran (PSP) yaitu program pembelajaran untuk satu pokok bahasan dalam rencana pengajaran (RP) yang memuat rencana pembelajaran untuk satu pertemuan. Sebelum menyusun program – program pembelajaran tersebut, sangatlah penting untuk melakukan Analisis Materi Pelajaran (AMP) terlebih dahulu. Dalam AMP ini, bahan yang perlu dimuat yaitu bahan pelajaran (pokok/subpokok bahasan), penjabaran bahan pembelajaran (uraian singkat dan contoh), metodologi, sarana, dan perkiraan alokasi waktu untuk setiap bahan tersebut.
Dalam program – program pembelajaran, terdapat beberapa komponen yang perlu dimuat, yaitu sebagai berikut : (Erman Suherman, halaman : 70)
1.      Program tahunan
Pada program tahunan ini terdapat lima komponen yang perlu dimuat, yaitu ( berturut – turut) Catur Wulan, Nomor PSP, Pokok Bahasan, Alokasi Waktu, dan Keterangan. Program tahunan ini disajikan dalam bentuk tabel.
2.      Program catur wulan
Adapun yang dimuat dalam program ini, yaitu perhitungan alokasi waktu, distribusi alokasi waktu, dan rincian waktu.
3.      Program satuan pelajaran (PSP)
Adapun komponen yang harus ada pada program ini, yaitu
a.       tujuan pembelajaran pokok bahasan.
b.      materi pelajaran, sumber/ alat, dan alokasi waktu.
c.       rencana pelajaran, biasanya rencana pelajaran ini dibuat secara terpisah, dalam PSP ini hanya dicantumkan terlampir.
d.      penilaian. Penilaian ini ada dua bagian, yaitu prosedur penilaian dan alat penilaian. Alat penilaian biasanya dibuat secara tersendiri. Pada umumnya sebelum penilaian, dicantumkan pula komponen lain yaitu pendekatan dan metode pembelajaran yang digunakan.
4.      Rencana pengajaran (RP)
Adapun yang harus dimuat dalam rencana pengajaran (RP), yaitu tujuan pembelajaran khusus (TPK), materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, dan penilaian proses serta kuncinya.
E.       Penilaian
Untuk penilaian, dalam pelajaran matematika ditekankan bahwa penilaian dilihat pada proses dan hasil berfikir. Dalam proses berfikir perlu dilihat tata nalar, alasan, dan kreativitas. Proses dan hasil berfikir tersebut dinilai dari segi kelogisan, kecermatan, efisiensi, dan ketepatan. Sedangkan kreativitas dinilai dari segi keragamannya.
1.      Sistem penilaian berkelanjutan
Sistem penilaian yang dikembangkan sebagai bagian dari pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi adalah sistem penilaian berkelanjutan. Sistem penilaian berkelanjutan adalah sistem penilaian yang dimaksudkan untuk mengukur semua kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa. Hasil pengujiannya dianalisis dan digunakan untuk menentukan ujian berikutnya. Dengan demikian pada sistem penilaian ini harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut.
a.       Semua komponen indikator pencapaian kompetensi dijadikan acuan untuk pembuatan instrumen penilaiannya.
b.      Hasil pengujian dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dikuasai dan yang belum dikuasai siswa serta kesulitan yang dihadapi siswa, sehingga dapat ditentukan langkah pembelajaran berikutnya yakni pembelajaran remedial atau pengayaan, serta pengujian berikutnya.
c.       Penilaiannya dapat dilakukan dengan teknik tes dan non tes.
d.      Penilaian dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung (di tengah atau akhir setiap pertemuan sebagai penilaian proses) dan pada akhir belajar suatu kompetensi
2.      Tekhnik penilaian
Penilaian pembelajaran mencakup proses maupun hasil belajar. Dalam hal ini penilaian itu dapat dilakukan dengan teknik tes dan non tes. Teknis tes meliputi di antaranya: tes tertulis, tes lisan, tes perbuatan. Teknik non tes meliputi di antaranya: pengamatan (sistematis), pengisian angket, pengukuran skala sikap dan minat (afektif), pemberian tugas dan portofolio.
3.      Jenis tagihan
a.       Quis
b.      Pertanyaan lisan
c.       Tugas individu
d.      Tugas kelompok
e.       Ulangan harian
f.       Ulangan tengah semester
g.      Ulangan akhir semester
h.      Ulangan kenaikan kelas
4.      Ranah pengukuran
Ranah pengukuran yang menjadi perhatian dalam kegiatan penilaian ini adalah:
a.       Ranah kognitif
Mengacu pada taksonomi Bloom, terdiri atas 6 jenjang : (Setiawan, 2008, halaman : 11)
1)      Pengetahuan (knowledge): kemampuan mengingat materi yang telah dipelajari dari pengalaman belajar.
2)      Pemahaman (comprehension): kemampuan untuk menangkap arti materi pelajaran yang dapat berupa kata, angka, menjelaskan sebab akibat
3)       Aplikasi (application): kemampuan menggunakan materi pelajaran yang telah dipelajari lewat pengalaman belajar kepada situasi dan kondisi yang lebih konkrit.
4)      Analisis (analysis): kemampuan memecah materi menjadi bagian-bagian sehingga struktur organisasi materi dapat dimengerti.
5)      Sintesis (synthesis): kemampuan menempatkan bagian-bagian secara bersama sehingga dapat membentuk sesuatu yang baru sebagai satu kesatuan.
6)      Evaluasi (evaluation): kemampuan mengambil keputusan untuk memberikan penilaian atau pertimbangan nilai terhadap suatu materi pelajaran sesuai dengan tujuannya.
b.      Ranah afektif
Sasaran penilaian hasil pembelajaran lain yang dihasilkan lewat pengalaman belajar adalah ranah afektif. Ranah ini mencakup sasaran yang menyangkut sikap, penghargaan, nilai, dan emosi, menikmati, memelihara, menghormati.  Dalam buku (Setiawan, 2008, halaman : 11), menyusun ranah afektif dalam 5 jenjang, yaitu:
1)     Menerima (receiving), yakni kemauan untuk memperhatikan suatu kejadian atau kegiatan. Contoh: mendengarkan, menyadari, mengamati, hati-hati terhadap, peka terhadap, dan toleran terhadap.
2)     Menanggapi (responding), yakni mau bereaksi terhadap suatu kejadian dengan berperan serta. Contoh: menjawab, menanggapi, mengikuti, menyetujui, menuruti perintah, dan berminat terhadap.
3)     Menilai (valuing), mau menerima atau menolak suatu kejadian melalui pengungkapan sikap positif atau negatif. Contoh: memperoleh, mengandaikan, mendukung, ikut serta, meneruskan, mengabdikan diri.
4)     Menyusun (organizing), bila siswa berhadapan dengan situasi yang menyangkut lebih dari satu nilai, dengan senang hati mengatur nilai-nilai tersebut, menentukan hubungan antara berbagai nilai tersebut, dan menerima bahwa ada nilai yang lebih tinggi daripada yang lain dari segi pentingnya bagi siswa perseorangan. Contoh: mempertimbangkan, memutuskan, membuat rencana, dan mempertimbangkan alternatif.
5)     Pembentukan sifat melalui nilai (characterization by value or value complex), siswa secara konsisten mengikuti nilai yang berlaku dan menganggap tingkah laku ini sebagai bagian dari sifatnya. Contoh: percaya akan, mempraktekkan, terus melakukan, mengerjakan, bertindak menurut tata nilainya sendiri.
c.       Ranah psikomotor
Ranah ini membahas keterampilan yang membutuhkan penggunaan dan koordinasi otot tubuh, seperti dalam kegiatan jasmani dalam melaksanakan, mengolah, dan membangun. Klasifikasi ranah ini yang paling mudah dimengerti adalah sebagaimana taksonomi yang jelaskan dalam buku (Setiawan, 2008, halaman : 13 ) dalam ranah psikomotorik terdapat 6 jenjang sebagai berikut:
1)     Gerakan refleks, merupakan reaksi otot secara tidak sadar terhadap rangsangan, suatu gerakan naluriah dan tidak dipelajari.
2)     Gerakan pokok mendasar, merupakan pola gerakan tubuh yang didasarkan pada gerakan refleks dan merupakan dasar bagi semua kegiatan psikomotor normal. Contoh: berjalan, berlari, meloncat, menggapai, memegang.
3)     Kemampuan menghayati, melibatkan kesadaran kinestetik, seperti perubahan keseimbangan badan, pembedaan pandangan atau pendengaran, pembedaan rasa rabaan atau sentuhan, dan koordinasi gerakan mata-tangan dan mata-kaki. Contoh: berputar, membungkuk, menyeimbangkan, menyepak bola.
4)     Kemampuan jasmani, termasuk dalam kategori ini adalah daya tahan, kekuatan, keluwesan dan kelincahan gerak. Gerakan yang sangat terampil tidak bisa dibentuk tanpa dasar yang kuat dalam berbagai kemampuan tersebut. Gerakan yang menunjukkan keterampilan, yakni tindakan yang rumit dengan efisien, di mana beberapa macam gerakan yang rumit tersebut kalau dilatih menghasilkan gerakan yang menunjukkan keterampilan dengan luwes dan indah. Contoh: memainkan alat musik, mengemudikan kendaraan, memperbaiki mesin dan sebagainya. Dalam kategori ini terdapat suatu gerakan yang merupakan komunikasi berkesinambungan dari gerakan jasmani yang bersifat reflex yang merupakan hasil belajar, sebagai misal adalah gerakan penafsiran dalam bentuk kesenian yang indah atau kreatif


  
BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Dari beberapa uaraian di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan tentang materi analisis  kurikulum, yaitu sebagai berikut :
1.      Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
2.      Perangkat kurikulum terbagi menjadi tiga, yaitu Buku I (Buku Landasan, Program dan Pengembangan), Buku II (Buku Garis – Garis Besar Program Pengajaran), Buku III (Buku Pedoman Pelaksanaan).
3.      Kurikulum mempunyai beberapa fungsi, yaitu fungsi penyesuaian, fungsi integrasi, fungsi deferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan, fungsi diagnostic.
4.      Ruang lingkup materi pembelajaran matematika di SlTP mencakup : aritmetika, aljabar, geometri, trigonometri, peluang, dan statistic. Sedangkan, ruang lingkup materi / bahan kajian matematika di SMU mencakup : aritmetika, aljabar, geometri, statistika, logika matematika, peluang, trigonometri, kalkulus, dan pengenalan graph.
5.      Sebelum mempelajari tentang prinsip pembelajaran matematika di SLTP dan SMU terlebih dahulu mengetahui tentang rambu – rambu pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah dan karakteristik pembelajaran matematika di sekolah.
6.      Program pengajaran matematika SLTP dan SMU Kurikulum 1994, yaitu program tahunan, program catur wulan, program satuan pelajaran (PSP), dan tambahan yaitu rencana pengajaran (RP).
7.      Untuk penilaian,  ditekankan bahwa penilaian dilihat pada proses dan hasil berfikir. Dalam proses berfikir perlu dilihat tata nalar, alasan, dan kreativitas. Proses dan hasil berfikir tersebut dinilai dari segi kelogisan, kecermatan, efisiensi, dan ketepatan. Sedangkan kreativitas dinilai dari segi keragamannya.
B.       Saran – Saran
Kurikulum merupakan komponen yang sangat penting dalam pendidikan, istilah kurikulum untuk pendidikan yaitu polisi pendidikan. Karena kurikulum mengatur tata cara proses pendidikan, dan setiap elemen pembelajaran selalu mengacu pada kurikulum yang digunakan saat itu. Oleh karena itu, saran dari penulis adalah bahwa kita semua sebagai calon – calon guru hendaknya selalu mencari dan menganalisis kurikulum yang digunakan saat itu. Sehingga dalam penyampaian materi kepada peserta didik dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman. Serta mencari tahu, apa sesuatu yang berbeda dan akan ditekankan dalam proses pembelajaran oleh kurikulum yang berlaku saat itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar